Serangan roket di Zona Hijau Baghdad, yang menampung Kedutaan Besar AS, telah meningkat sejak komandan militer Iran Qasem Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS Januari lalu.
Sementara Washington secara langsung menuduh kelompok milisi yang didukung Iran di Irak, terutama kelompok Kataib Hezbollah, Teheran tetap menyatakan bahwa kelompok tersebut beroperasi secara independen.
Menjelang peringatan pertama pembunuhan Soleimani beberapa waktu lalu ini, spekulasi telah marak tentang kelompok-kelompok sekutu Iran di Irak yang merencanakan lebih banyak serangan terhadap instalasi Amerika di negara itu.
Peringatan Zarif tentang Israel yang merencanakan serangan bendera palsu di Irak muncul beberapa hari setelah laporan bahwa kapal selam Israel dan AS bergerak di wilayah Teluk Persia. Manuver tersebut mendorong pejabat Iran untuk memperingatkan akan adanya reaksi keras.
Abolfazl Amouei, juru bicara komisi kebijakan luar negeri parlemen Iran, dikutip mengatakan bahwa langkah tersebut akan dipandang sebagai "tindakan agresi" dan kapal akan menjadi "sasaran empuk" bagi Iran. Para ahli percaya bahwa Tel Aviv telah mempersiapkan kemungkinan pembalasan dari Teheran atas pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh pada November.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan itu dan ada seruan yang meningkat untuk pembalasan di dalam negeri. Namun, pemerintahan Presiden Hassan Rouhani telah memilih "kesabaran strategis", dengan mengatakan bahwa mereka akan membalas dendam pada "waktu yang tepat".