Sebelumnya, pada 22 Januari 2021, kantor berita Turki Anadolu Agency melansir berita adanya laporan intelijen baru yang menunjukkan bahwa Israel merencanakan serangan terhadap pasukan AS di Irak untuk memprovokasi perang antara Washington dan Teheran. Sumber berita ini dikatakan seorang diplomat tinggi Iran.
Menteri Luar Negeri Javad Zarif mengatakan di Twitter bahwa "agen-provokator" Israel bertujuan untuk membuat Presiden AS Donald Trump yang akan keluar "terikat dengan casus belli palsu." Dia mendesak Trump untuk "berhati-hati dengan jebakan," memperingatkan bahwa "kembang api apa pun akan menjadi bumerang."
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyusul serangan roket ke Kedutaan Besar AS di ibu kota Irak, Baghdad, yang oleh pejabat Amerika disalahkan atas Iran. Kala berita ini ditulis, Presiden Trump mengatakan ada "obrolan" tentang lebih banyak serangan terhadap pasukan AS di Irak, memperingatkan bahwa Iran akan bertanggung jawab.
Sebagai tanggapan, Zarif mengatakan dalam sebuah tweet pada hari Kamis bahwa laporan intelijen menunjukkan "plot untuk membuat dalih perang," mengacu pada kemungkinan serangan bendera palsu di Irak.
Dia mengatakan Iran "tidak mencari perang" tetapi siap untuk "secara terbuka dan langsung membela rakyatnya, keamanan dan kepentingan vitalnya." Pesan Zarif kala itu merupakan kelanjutan dari pernyataannya pada hari sebelumnya yang secara langsung menunjuk ke Israel.