IHRAM.CO.ID,SURABAYA -- Sebanyak 885 koperasi toko kelontong di Kota Surabaya, Jatim, mendapat pendapampingan secara rutin khususnya selama pandemi COVID-19 dari pemerintah kota setempat.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan koperasi toko kelontong menjadi salah satu bentuk unit usaha yang mendapat pendampingan dari Pemkot Surabaya.
"Unit usaha ini dipilih karena lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat serta perputaran uangnya relatif lebih cepat. Dengan pendampingan ini diharapkan dapat mengembangkan unit usaha itu untuk mendukung roda perekonomian di Surabaya," katanya di Surabaya, Sabtu (6/2).
Wiwiek mengatakan, pemkot terus melakukan berbagai upaya pembinaan kepada koperasi toko kelontong mulai dari pendampingan pengelolaan stok barang hingga manajemen keuangan. Hingga saat ini tercatat, pendampingan telah dilakukan kepada 885 koperasi toko kelontong yang tersebar di 31 kecamatan Surabaya.
Wiwiek menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan itu adalah dengan mengupayakan agar pembelian kebutuhan barang dagangan di toko kelontong melalui agen dan distributor dengan harga lebih murah.
Harapannya, pemilik toko kelontong bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak. "Kalau nanti ada distributor yang ada diskon atau harga murah kita juga memberikan informasi itu kepada mereka," katanya.
Sementara itu, Chayatun Nuro, pemilik toko kelontong di wilayah Kelurahan Genting Kalianak, Kecamatan Asemrowo Surabaya mengakui, saat ini tokonya terus mengalami kenaikan pendapatan dengan adanya pendampingan yang dilakukan Pemkot Surabaya.
"Dulu belum ada pendampingan untuk toko kelontong. Kemudian, ada penggagasan dari Bu Risma, jadi sekarang agak lumayan lebih diperhatikan. Apalagi saat ada program gula murah itu juga tiap toko kelontong dijatah ada anggotanya," kata Chayatun.
Sejak adanya pendampingan berkala yang dilakukan Pemkot Surabaya, Chayatun kini lebih detail terkait pengelolaan stok barang dan manajemen keuangan. Jika sebelumnya, ia mengaku hanya sekadar menjual tanpa mengerti detail masalah pembukuan.
"Manajemen itu awalnya sekadar hanya toko biasa tidak seberapa detail masalah pembukuan. Setelah ada pelatihan dari Disdag dengan menghadirkan narasumber yang kompeten untuk toko jadi sedikit banyak tahu tidak sekadar hanya jual beli," katanya.