Kudeta militer terjadi di Myanmar beberapa waktu setelah ketegangan yang meningkat antara pemerintah sipil dan militer, akibat pemilihan umum yang hasilnya disengketakan. Burma sebelumnya berada di bawah kepemimpinan militer hingga reformasi demokrasi dimulai pada 2011.
Setelah penangkapan para pemimpin pemerintahan sipil, militer Myanmar mengatakan akan menyerahkan kekuasaan kepada panglima tertinggi Min Aung Hlaing. Sengketa pemilihan dimulai setelah November 2020, di mana , Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi memenangkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan.
Kemenangan ini dinilai oleh militer terjadi karena kecurangan, di mana pasukan yang dikenal sebagai Tatmadaw kemudian mengatakan akan mengambil tindakan atas hal ini. Sebelumnya, komisi pemilu mengatakan tidak menemukan bukti untuk mendukung klaim tersebut.