Rabu 17 Feb 2021 21:19 WIB

Cerita Kehidupan di Balik Protes Petani India

Petani India menuntut reformasi pertanian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani India menentang UU pertanian baru yang membuka jalan eksploitasi perusahaan.
Foto:

Air dibawa dari stasiun sipil terdekat. Seorang petani, Jagjeet Singh (26 tahun) dari Bijnor, Uttar Pradesh, menggunakan traktornya untuk membawa kembali 4.000 liter (1.057 galon) tangki air setiap hari. Dia membawa sekitar 10 sampai 12 tangki seperti itu sehari yang dapat digunakan untuk minum, mandi, dan bersih-bersih.

Para petani juga tidak kekurangan kebutuhan makanan. Mereka memasak di atas api gas kecil dalam panci besi. CNN juga meliput ada seorang petani memasak dan membagikan masakannya ke para petani yang berbalut syal, jaket dan topi untuk melawan musim dingin di Delhi.

Ada juga pusat medis darurat di sekitaran kamp. Seorang relawan berusia 20 tahun, Himanshi Rana juga telah berada di kamp selama lebih dari dua bulan. Dia membantu mengobati penyakit masyarakat petani, dan merawat petani yang terkena gas air mata selama demonstrasi kekerasan pada 26 Januari atau tepat Hari Republik India.

Pada hari itu, ribuan pengunjuk rasa menyerbu Benteng Merah New Delhi yang bersejarah saat polisi menggunakan gas air mata dan pentungan untuk melawan para pengunjuk rasa. Seorang pengunjuk rasa meninggal, meskipun pengunjuk rasa dan polisi tidak setuju atas penyebab kematian.

"Ayah saya adalah seorang petani, saya adalah putri seorang petani. Keberadaan saya di sini tidak bisa dihindari," katanya.

Satu hal yang tidak diminta oleh para pengunjuk rasa adalah masker. Meskipun India melaporkan kasus virus korona paling banyak di negara manapun di dunia selain Amerika Serikat, tidak ada petani di Ghazipur yang mengenakan masker. Menurut Rana, para petani di Ghazipur tidak khawatir tentang virus corona. Mereka meyakini bahwa mereka memiliki kekebalan kuat dari kerja fisik yang berarti mereka tidak takut tertular virus.

Para petani di kamp terkadang duduk di atas traktor yang mereka bawa, memainkan lagu pro petani dari pengeras suara mereka. Ada juga perpustakaan untuk anak muda yang memuat buku-buku tentang revolusi dalam berbagai bahasa.

Sesekali sekelompok orang di kamp menyanyi "Kami akan berada di sini sampai pemerintah menyerah!". Seperti yang dikatakan kolektor air Jagjeet Singh: "Saya tidak merasa seperti jauh dari rumah."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement