IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Berbagai macam teori disebut oleh sejarawan tentang masuknya Islam ke nusantara. Selain dari para pedagang Arab dan India, ada teori yang mengatakan Islam masuk melalui Muslim Tionghoa.
Antroplog Budaya dan Penulis Buku Arus Cina Islam Jawa, Sumanto al-Qurtuby mengatakan ada satu perspektif “baru” yang perlu dilihat dalam persoalan masuknya Islam ke nusantara. Berdasarkan rekonstruksi dari sumber yang dia baca saat menulis buku itu, teori Tiongkok berperan penting dalam penyebaran Islam di nusantara, khususnya di Jawa.
“Dari sumber China, diceritakan tentang keadaan masyarakat Tionghoa Muslim yang berada di pesisir utara Jawa seperti Gersik dan Tuban,” kata Sumanto dalam gelar wicara “Arus Tiongkok dalam Penyebaran Islam ke Nusantara” di kanal Youtube Historia.ID.
Cerita tentang keadaan masyarakat Tionghoa Muslim itu diperkuat dengan cerita Ma Huan, sekretaris Cheng Ho yang merupakan seorang Muslim. Dia menceritakan bagaimana kondisi masyarakat China Muslim di sekitar abad 15 dan 16.
Selain dari sumber China, Sumanto juga melihat dari sumber lokal seperti babad dan hikayat. Dari sumber itu, ada serpihan cerita tentang Muslim Tionghoa. Dari sumber Arab dipakai Sumanto pun sama menceritakan Muslim Tionghoa, terutama buku yang ditulis oleh penjelajah Ibnu Batutah yang berkelana sampai ke tanah Jawa.
Jejak Muslim Tionghoa juga diperkuat dengan adanya beberapa peninggalan bangunan. Misal, Masjid Sekayu di Semarang yang memiliki kaligrafi Tionghoa. Masjid itu diduga dibangun oleh Muslim Tionghoa. Selain masjid, ada bangunan lain yang dianggap mendukung teori ini, yaitu kelenteng kuno yang dianggap kontroversial.
“Kelenteng yang dianggap kontroversial maksudnya yang awalnya masjid lalu beralih fungsi menjadi kelenteng,” ujar dia.
Ada beberapa kelenteng yang desainnya mirip seperti masjid. Misal, Kelenteg Sam Po Toa Lang di Semarang. Menurut Sumanto, peran Muslim Tionghoa dalam menyebarkan Islam di nusantara sangat penting. Hal ini karena beberapa faktor yang perlu perlu dilihat seperti Islam lebih dahulu masuk di China daripada di Indonesia.
Ini dapat dibuktikan adanya Masjid Kwang Tah Se di Kanton, China. Menurut beberapa sejarawan, masjid tersebut merupakan masjid tertua kedua di dunia setelah Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.