IHRAM.CO.ID,KUNINGAN -- Kaum muslim di Blok Peuteuy Jogol, Dusun Cikadu, Desa/Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan, merindukan hadirnya mushola di lingkungan mereka. Keberadaan mushola diharapkan bisa terwujud untuk menyambut ibadah pada bulan Ramadhan tahun ini.
‘’Kami sangat menginginkan hadirnya mushola agar bisa sholat berjamaah. Apalagi Ramadhan akan segera tiba, kami ingin sholat tarawih berjamaah di mushola,’’ ujar salah seorang warga setempat, Iding, Ahad (21/2).
Selama beberapa tahun terakhir, Iding dan keluarga muslim di blok tersebut hanya bisa sholat berjamaah di rumah masing-masing. Pasalnya, di blok mereka tidak ada satupun mushola, apalagi masjid.
Ketua Yayasan Mualaf Ikhlas Madani Indonesia (Mukmin) Kabupaten Kuningan, Ade Supriadi, menjelaskan, Blok Peuteuy Jogol ditinggali oleh 11 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, tercatat ada dua KK atau 12 jiwa yang muslim dan mualaf, serta 9 KK non muslim.
Sebelum 2012, lanjut Ade, di Blok Peuteuy Jogol pernah berdiri mushola. Di mushola itulah kaum muslim menjalankan ibadah.
Namun, kondisi mushola yang lapuk dimakan usia, mengancam keselamatan bangunan rumah warga lainnya. Karena itu, pada 2012, bangunan mushola akhirnya dirobohkan.
‘’Karena mushola tidak ada, muslim di sana akhirnya kesulitan untuk sholat berjamaah,’’ tutur Ade.
Ade mengatakan, muslim di Blok Peuteuy Jogol saat ini sangat mengharapkan mushola di lingkungan mereka bisa berdiri kembali. Apalagi, Ramadhan sudah di depan mata. Mereka ingin menghidupkan Ramadhan dengan kehadiran mushola.
Untuk lahan mushola, ada seorang warga setempat bernama Ana, yang mengikhlaskan tanahnya untuk dibangun mushola. Namun, muslim di Blok Peuteuy Jogol terkendala biaya untuk membangun mushola tersebut.
Dengan luas lahan 5X6 meter persegi, dibutuhkan biaya sekitar Rp 78 juta untuk mewujudkan mushola itu.
‘’Anggarannya sebenarnya hanya sekitar Rp 45 juta. Tapi membengkak karena untuk ongkos mengangkut material hingga sampai di lokasi,’’ cetus Ade.
Blok Peuteuy Jogol berada pada ketinggian sekitar 650 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Jarak tempuh dari desa induk ke blok tersebut kurang lebih tiga kilometer dengan kondisi menanjak.
Dari jarak tiga kilometer itu, 1,5 km di antaranya bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor. Namun, 1,5 km laginya hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kondisi itulah yang menyulitkan pengangkutan material bangunan sampai ke lokasi.
Ade berharap, ada uluran tangan dari para hamba Allah SWT untuk membantu pembangunan mushola di Blok Peuteuy Jogol. Dengan demikian, kaum muslim di sana bisa kembali sholat berjamaah, terutama di bulan Ramadhan.
‘’Target kami, Ramadhan nanti mereka sudah bisa kembali sholat berjamaah di mushola,’’ tegas Ade.
Ade menambahkan, muslim di blok tersebut, yang merupakan mualaf, juga selama ini tidak pernah memperoleh pembinaan agama. Bahkan, mereka tidak bisa membaca Iqro, sebagai dasar membaca Alquran.
Untuk itu, Yayasan Mukmin mendatangi Peuteuy Jogol sepekan sekali untuk membina muslim di blok tersebut. Selain mengajarkan Iqro, mereka juga memberikan pembinaan tentang akidah, ibadah, fikih, dan lainnya.
Ade juga berharap, ada relawan yang membantu pembinaan agama kepada muslim di Blok Peuteuy Jogol maupun mualaf di wilayah lainnya di Kabupaten Kuningan. Pasalnya, jumlah pengurus Yayasan Mukmin hanya tujuh orang. Mereka harus berbagi tugas untuk melakukan pembinaan ke berbagai lokasi lainnya.
Menurut Ade, para mualaf di Kabupaten Kuningan hingga kini banyak yang belum bisa membaca Iqro. Kondisi itu tak lepas dari minimnya pembinaan terhadap mereka.