IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Singapura tetap jadi investor terbesar di Indonesia meskipun dua negara terdampak oleh pandemi COVID-19 sejak tahun lalu, kata Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar saat membuka sebuah forum diskusi antarkomunitas bisnis dua negara pekan ini.
"Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat besar bagi perekonomian Singapura dan tentunya juga bagi banyak negara termasuk Indonesia. Akan tetapi, pada masa-masa sulit penuh tantangan itu, Singapura tetap jadi investor utama di Indonesia, sesuatu yang sangat membahagiakan untuk kami catat sejak 2014," kata Dubes Nayar sebagaimana dikutip dari keterangan pers dari Kamar Dagang Singapura di Indonesia yang diterima di Jakarta, Jumat (26/2).
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia mencatat realisasi investasi Singapura ke Indonesia tahun lalu hampir mencapai 10 miliar dolar AS (sekitar Rp142,4 triliun). China menempati urutan kedua setelah Singapura dengan total realisasi investasi sebesar 4,8 miliar dolar AS (sekitar Rp68,35 triliun), kemudian Hongkong menempati urutan ketiga dengan 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp49.84 triliun).
Urutan keempat untuk investor terbesar di Indonesia diisi oleh Jepang dengan total realisasi investasi sebanyak 2,6 miliar dolar AS (sekitar Rp37,02 triliun) pada tahun lalu dan Korea Selatan mengisi posisi kelima dengan total investasi sebanyak 1,8 miliar dolar AS (sekitar Rp25,63 triliun).
Menurut Nayar, tingginya investasi Singapura di Indonesia selama masa pandemi turut dipengaruhi oleh Perjanjian Investasi Singapura-Indonesia dan kerja sama antara Otoritas Moneter Singapura dan Bank Indonesia. Otoritas moneter dua negara mengumumkan kerja sama keuangan yang nilainya mencapai 10 miliar dolar AS untuk periode satu tahun.
Dalam acara diskusi yang digelar oleh Kamar Dagang Singapura di Indonesia (SCCI) pada 23 Februari itu, komunitas bisnis Singapura optimis perekonomian Indonesia akan cepat pulih dan masih menjanjikan jadi tujuan investasi.
Ketua SCCI, Shoeb Kagda, menerangkan pihaknya optimis karena Pemerintah Indonesia telah berusaha memperbaiki iklim investasi dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 11 tentang Cipta Kerja. "Pemerintah mengambil langkah besar untuk membuka perekonomian bagi investor asing. Adanya omnibus law yang baru, diharapkan dapat menarik lebih banyak foreign direct investment (investasi langsung luar negeri, red)," kata Kagda sebagaimana dikutip dari pernyataan tertulis yang sama.
Sementara itu, ekonom senior UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, pada forum diskusi itu, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4%-4,3%. "Menurut saya, ada beberapa faktor yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi, salah satunya ialah kebijakan moneter. Hal ini didukung oleh Bank Indonesia yang telah menurunkan suku bunga ke level terendah yaitu 3,5%," kata Enrico menjelaskan.