IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Pusat Antar Universitas (PAU) Wakaf resmi telah diluncurkan oleh Badan Wakaf Indonesia pada Kamis (18/3) kemarin secara daring. PAU Wakaf dibentuk sebagai langkah konsolidasi kampus seluruh Indonesia dalam menguatkan ekosistem wakaf nasional.
Anggota Badan Wakaf Indonesia (BWI) Irfan Syauqi Beik mengatakan, selama ini telah banyak universitas yang dibangun dengan berbasis pada wakaf. Di antaranya Universitas Darussalam (Unida) Gontor, universitas-universitas Muhammadiyah, dan Universitas Islam Indonesia (UII).
"Namun yang kita perlukan saat ini adalah bagaimana semua universitas yang punya concern, baik perguruan tinggi umum maupun agama, untuk kita konsolidasikan dalam satu barisan, melalui PAU ini," jelasnya kepada Republika.co.id, Jumat (19/3).
Saat ini ada 21 universitas yang telah bergabung dalam PAU Wakaf. Antara lain Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada. Irfan optimistis jumlah ini akan terus bertambah. "Saya optimis, karena kemarin setelah launching, sudah banyak yang kontak menyampaikan keinginannya bergabung," ujar dia.
Irfan menyampaikan, perguruan tinggi tidak lepas dari pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tri Dharma perguruan tinggi ini dilaksanakan dalam konteks menguatkan perwakafan nasional. Dari sisi pendidikan, diperlukan pengembangan kurikulum tentang wakaf bagi mahasiswa. Sebab, aset terbesar kampus adalah mahasiwa yang di masa depan akan menjadi tulang punggung pembangunan wakaf.
Jika nilai-nilai wakaf diajarkan kepada mahasiswa, jelas Irfan, maka akan berdampak baik untuk pembangunan wakaf. "Tujuannya agar universitas menjadi produsen SDM yang nantinya mendukung pengembangan wakaf, karena mahasiswa yang menentukan arah wakaf ke depan," terangnya.
Irfan melanjutkan, hal selanjutnya yang harus didorong adalah lahirnya penelitian-penelitian berkualitas di perguruan tinggi. Dia mengatakan, BWI menargetkan Indonesia menjadi produsen ilmu wakaf sinergi yang kuat bersama PAU. Upaya ini telah dimulai dengan diluncurkannya BWI Working Paper Series yang membahas tentang indeks wakaf nasional.
"Indeks wakaf nasional ini pertama di dunia. Kita bisa menjadi produsen teori atau keilmuwan yang nanti bisa mengarahkan bagaimana proses pengembangan sistem perwakafan bukan hanya nasional tetapi juga internasional," katanya.
Dalam aspek pengabdian masyarakat, terang Irfan, ada banyak hal yang bisa dikembangkan untuk membangun perwakafan. Perguruan tinggi bisa menjadi produsen model pengembangan wakaf dengan mengembangkan model-model wakaf produktif. Sedangkan BWI dan lembaga nadzir bertugas mengaplikasikan model yang dikembangkan tersebut.
"Dalam konteks kampus merdeka, mahasiswa boleh mengambil mata kuliah di luar kelas dan itu bebas mengambil program apa saja. Ini akan kita manfaatkan, untuk memberi peluang kepada mahasiswa terlibat sejak dini dan itu dihitung sebagai SKS," ucapnya.