IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim seyogyanya memperhatikan adab saat bertamasya (traveling/safar). Seorang Muslim tak dilepaskan dari kewajiban ibadah individualnya, seperti sholat, namun diberikan keringanan.
Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menjelaskan, seorang Muslim baiknya menjalankan beberapa adab berpergian.
Pertama, hendaknya ia mengembalikan barang-barang tanggungan dan titipan (yang ada padanya) kepada para pemiliknya. Sebab dalam traveling/safar, bisa menjadi penyebab kematian baginya.
Kedua, hendaknya perbekalan safar dipersiapkan dari harta yang halal dan menyisakan nafkah untuk orang-orang yang wajib ia nafkahi, seperti istri, anak, dan orang tua.
Ketiga, hendaknya yang bersangkutan berpamitan kepada keluarga, saudara-saudara, sahabat, serta koleganya. Kemudian dia juga seyogyanya berdoa.
Keempat, hendaknya ia bepergian jauh dibarengi oleh tiga atau empat orang teman. Di mana setidaknya, di antara orang-orang itu terdapat orang shalih yang bisa mendampinginya berpergian. Sebab dalam safar, terkadang bisa menyingkap akhlak dan perilaku seseorang.
Rasulullah SAW bersabda: “Ar-raakibu as-syaithaanun, warrakibaani syaithanaani, watsalatsatu rakbun,”. Yang artinya: “Seorang pengendara (musafir) itu adalah setan, dua orang pengendara itu adalah dua setan, dan tiga pengendara itu adalah sekelompok musafir,”.
Kelima, hendaknya para musafir mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin (amir safar) yang memimpin mereka melalui jalur musyawarah. Sebab Nabi bersabda: “Idza kharaja tsalatsatun fii safarin fal-yuammiruu ahadahum,”. Yang artinya: “Apabila ada tiga orang berpergian jauh, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang mereka sebagai pemimpin,”.