IHRAM.CO.ID, ANKARA -- Kepresidenan Urusan Agama Turki (Diyanet) menyelenggarakan Simposium Haji Internasional bertajuk 'Haji Dalam Rangka Perubahan dan Kondisi yang Berkembang', Kamis (1/4). Acara yang dihadiri cendekiawan Turki dan asing itu akan membahas perubahan tradisi haji yang berubah karena pandemi menyusul kebijakan haji terbatas yang diterapkan Arab Saudi.
Ketua Diyanet Ali Erbas dalam sambutannya menggarisbawahi mereka ingin membawa perspektif baru untuk pelaksanaan dan mekanisme haji di era normal baru. Simposium ini akan membahas setiap aspek haji, dari fiqh (Islam yurisprudensi) pada dampak sosiologisnya, refleksi budaya terhadap kesehatan dan pendidikan. Begitu juga dengan perkembangan organisasi haji sejak hari-hari awal Islam.
“Ini akan mencari jawaban atas tantangan kontemporer untuk mengatur haji. Saya berharap ini juga memberikan tanggapan yang komprehensif untuk menilai ibadah haji pada saat pandemi,” ujarnya yang dikutip di Daily Sabah, Jumat (2/4).
Erbas mencatat sudah satu tahun sejak pandemi dimulai dan hanya sedikit yang dapat menunaikan ibadah haji. Ia menambahkan sejak Februari 2020, orang-orang dari beberapa negara hanya diizinkan melakukan umroh.
“Kami berdoa kepada Allah agar pandemi ini berakhir. Haji adalah simbol persatuan bagi umat. Tidak ada bentuk doa lain yang dapat mempersatukan banyak orang dari berbagai ras, bahasa, negara. Pandemi membuat kami kehilangan ini,” katanya.
Para ulama dari Sudan hingga Afghanistan, Kuwait, Jerman, Malaysia, Kanada dan Pakistan menghadiri simposium tersebut. Di antara topik yang dibahas pada acara tersebut adalah haji anak-anak, waktu jumrah (ritual haji dimana jamaah melempar batu-batu kecil ke tiga tiang), haji dan umroh perempuan dalam konteks privasi, serta peninjauan pembatalan haji akibat pandemi, serta sejarah praktik haji.