IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia berkomitmen menyediakan dana dua miliar dolar AS untuk pengembangan, distribusi, dan produksi vaksin di sekitar 40 negara berkembang. Dana itu diharapkan cari pada akhir bulan ini.
Direktur Pelaksana Operasi Bank Dunia Axel van Trotsenburg pada Jumat (9/4) mengungkapkan, dana sebesar dua miliar dolar AS itu merupakan bagian dari 12 miliar dolar AS yang telah disiapkan Bank Dunia untuk pengembangan dan distribusi vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah serta menengah.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan pihaknya berharap dapat memperluas komitmen senilai empat miliar dolar AS di 50 negara pada pertengahan tahun. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus turut menghadiri forum Bank Dunia.
Ghebreyesus mengisyaratkan pentingnya produksi vaksin. Namun dia memperingatkan bahwa hal itu dapat sia-sia jika kecepatan vaksinasi di negara-negara berkembang tidak meningkat. Sebab virus terus menyebar dan bermutasi.
“Bahkan negara-negara yang cakupan vaksinnya tinggi tidak akan aman karena varian-varian baru (Covid-19) yang mungkin tidak bisa dihentikan oleh vaksin yang kita miliki, akan menyerbu negara-negara yang cakupannya bahkan mungkin 100 persen dalam beberapa bulan,” ujar Ghebreyesus.
Sebelumnya Ghebreyesus mengatakan negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen dari produksi vaksin dunia. Hal itu menunjukkan adanya ketidakseimbangan dan ketidaksetaraan dalam hal distribusi.
“Lebih dari 700 juta dosis vaksin telah diberikan secara global, tapi lebih dari 87 persen telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas. Sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen,” kata Ghebreyesus.
Dia mengungkapkan, dari 220 negara, sebanyak 194 di antaranya telah memulai vaksinasi, sedangkan 26 lainnya belum. Dari total negara yang belum melakukan vaksinasi, tujuh di antaranya telah menerima pasokan vaksin dan dapat segera melaksanakan vaksinasi. Sementara lima negara bakal memperoleh vaksin dalam beberapa hari mendatang.
Ghebreyesus menjelaskan sebagian besar negara tidak memiliki cukup vaksin untuk memvaksinasi semua petugas kesehatan atau kelompok berisiko. Hal itu menghambat vaksinasi bagi masyarakat umum. “Masih ada ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam distribusi vaksin global,” ujarnya.