Sementara itu, dari tiga masjid yang direnovasi di Al-Baha lainnya adalah Al-Malad. Masjid ini hanya dapat menampung 34 jamaah saja. Di namakan Al-Malad karena masjid ini terletak di desa Al-Malad yang merupakan salah satu bekas benteng Al-Baha.
Dan memang, desa ini memiliki dua benteng arsitektural yang berdekatan. dan masji ini merupakan satu-satunya masjid yang ada di desa, Al-Malad. Tempat ibadah ini juga dahulu dikenal menjadi pusat budaya dan pendidikan bagi masyarakat setempat.
Alhasil, masjid Al-Malad, menjadi tempat warga untuk belajar menulis, mempelajari Al-Qur'an, serta menghadiri pelajaran dan ceramah. Tempat ini juga berfungsi sebagai titik pertemuan sosial yang penting bagi penduduk desa.Masjid bersejarah yang direnovasi lainnya adalah masjid Al-Atawilah. Bangunan ini mempunyai daya tampung yang lebih besar hingga 130 jamaah dan mencakup area seluas 327 meter persegi.
Dahulu, masjid Al-Atawilah, dikenal dengan bangunan warisannya, seperti benteng Al-Othman, Damas, dan Al-Mashikha. Sebagai salah satu bangunan bersejarah tertua di kawasan Al-Atawilah ini, juga dibangun dengan gaya Al-Sarat. Masjid ini juga merupakan satu-satunya masjid yang ada di kota itu, yakni dipakai sebagai tempat shalat Jumat diadakan.
Bangunan masjid yang direnovasi lainnya adalah Masjid Al-Dhafir yang menempati 245 meter persegi dan dapat menampung 88 jamaah.
Masjid ini juga sempat menjadi pusat pendidikan dan tempat pertemuan populer bagi orang-orang dari kota dan desa tetangga.
Nah, masjid-masjid itulah yang kini baru dibuka. Masjid ini bernilai penting karena letaknya berada di Makkah dan Al-Baha.
Bahkan, karena termasuk salah satu di antara 30 masjid yang berada di 10 wilayah Saudi yang direnovasi dengan biaya besar, yakni lebih dari SR50 juta (13 juta dolar AS).
Pemugaran pun dilakukan hingga memakan waktu hampir dua tahun lamanya. Tepatnya dilakukan selama 423 hari dalam fase pertama proyek putra mahkota Arab Saudi itu.