IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas menegaskan peran penting ormas-ormas Islam dan pengusaha untuk melahirkan masjid-masjid yang menjadi pusat ekonomi. Untuk itu, ormas Islam perlu diisi lebih banyak oleh para pengusaha yang menjadi bagian dari pengurus masjid.
Buya Anwar menyampaikan, ada hadist dari sisi sanadnya agak lemah tapi dari sisi matannya kuat sekali. Hadist tersebut menyampaikan, barang siapa menghendaki dunia ada ilmunya. Artinya, barang siapa yang menghendaki masjid sebagai pusat ekonomi, maka harus ada ilmunya.
"Pertanyaannya adalah pengurus masjid ini ada ilmunya atau tidak (ilmu ekonomi)," kata Buya Anwar saat silaturrahim bersama jajaran pimpinan MUI ke kantor Republika, Kamis (22/4).
Ia menjelaskan, supaya para pengurus masjid memiliki ilmu ekonomi, maka perlu pelatihan dan pendampingan. Untuk itu, yang pertama perlu menyebarkan pesan-pesan dan gagasan-gagasan ekonomi dan kewirausahaan, sehingga kesadaran berwirausaha dari para pengurus masjid muncul.
Sehubungan dengan itu, ia mengatakan, perlu ada contoh kisah-kisah masjid yang sukses mengembangkan bisnis diangkat oleh media massa seperti Republika. Begitu para pengurus masjid termotivasi, maka tinggal diberi pelatihan dan didampingi.
Untuk memberikan pelatihan dan pendampingan ini, menurut Buya Anwar, tanpa intervensi dari pemerintahpun bisa. Maka peran ormas-ormas Islam ini menjadi penting. Sayangnya ormas-ormas Islam ini kebanyakan diisi oleh orang-orang yang tidak memiliki mental wirausaha.
"Karena orang-orang yang memiliki mental entrepreneurship ini tidak tertarik dengan ormas-ormas, bisa tidak kita konversi supaya pengusaha-pengusaha ini tertarik untuk aktif di ormas-ormas Islam ini," ujarnya.
Buya Anwar yang juga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengatakan, selanjutnya pengusaha-pengusaha ini menggerakan ormas menjadi sebuah jaringan bisnis. Jika ini terjadi maka hasilnya akan dahsyat sekali.
Ia mengungkapkan, sayangnya pengurus masjid biasanya diisi oleh karyawan yang tidak punya mental wirausaha. Kalau masjid mendapatkan uang, uangnya tidak dikelola secara profesional. Padahal kalau uang yang terkumpul di masjid dipergunakan untuk bekerjasama dengan usaha ultra mikro dan mikro, maka uangnya bisa bertambah.
Meski tidak mengambil keuntungan terlalu besar, tapi karena jumlah kerjasamanya banyak dengan usaha ultra mikro dan mikro. Hasilnya akan tetap ada.
Buya Anwar mengatakan, salah satu cara agar tercipta ekonomi berbasis masjid, adanya kolaborasi antara pengusaha dan ormas Islam. Untuk mengintervensi pengurus masjid agar bisa menjadikan masjid sebagai pusat ekonomi.
"Menurut saya, pengusaha dimasukan ke dalam jajaran pengurus (masjid), kalau bisa dari 15 pengurus (masjid), tiga orangnya entrepreneur," ujarnya.