Rabu 05 May 2021 09:18 WIB

Migran Turki Bukan Lagi Mayoritas Muslim di Jerman

Para migran dari Timur Tengah menjadi bagian besar pada populasi muslim di Jerman.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Muslim Jerman
Foto:

Keputusan Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk membuka pintu Jerman selama krisis pengungsi 2015 mengubah Islam dan integrasi menjadi titik nyala politik utama. Partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman masuk ke Parlemen pertama kalinya pada tahun 2017 setelah menyatakan Islam bukan milik Jerman dan menimbulkan ketakutan terhadap pemisahan oleh masyarakat Islam paralel.

Kekhawatiran juga muncul mengenai apakah pesan pemerintah tentang bahaya Covid-19 sampai ke kelompok migran. Namun, laporan tersebut menolak gagasan isolasi sosial di antara komunitas Muslim.

Survei tersebut mengatakan 65 persen Muslim sering melakukan kontak dengan teman-teman tanpa latar belakang migran. Sementara 21 persen lainnya mengatakan mereka terkadang melakukan kontak dan 14 persen yang mengatakan mereka tidak pernah melakukannya.

Selain itu, banyak dari mereka yang tidak memiliki hubungan dengan orang yang berlatar migran. Ini menunjukkan keinginan kuat untuk lebih sering berhubungan dengan orang-orang yang tidak memiliki latar belakang migrasi.

Sekitar 82 persen Muslim mengatakan mereka religius. Namun, para peneliti mengatakan faktor ini dinilai kurang penting untuk integrasi dibandingkan faktor-faktor lain seperti lamanya seseorang tinggal di Jerman. Selain itu, praktik keagamaan para migran juga beragam.

Sekitar 40 persen Muslim Jerman mengatakan mereka berdoa setiap hari tapi 25 persen mengatakan mereka tidak melakukannya sama sekali. Laporan itu juga menemukan sekitar 70 persen Muslimah di Jerman tidak mengenakan penutup kepala. Muslim

Dilansir the National News, Rabu (5/5), mayoritas Muslim di Jerman sebanyak 79 persen mengatakan kemampuan bahasa Jerman mereka baik atau sangat baik. Di antara mereka yang lahir di Jerman, 93 persen mengatakan mereka berbicara bahasa Jerman dengan sangat baik. Meski begitu, banyak Muslim yang memiliki kualifikasi pendidikan lebih rendah. Sebagian dari mereka pendidikannya sering terputus karena meninggalkan negara asal.

Sekitar 16 persen Muslim dewasa tidak memiliki ijazah sekolah dibandingkan dengan tiga persen dari mereka yang tidak memiliki riwayat migrasi. Dalam komunitas migran, tingkat pendidikan lebih tinggi ada di generasi muda yang lahir di Jerman.

Sekitar 58 persen Muslim yang lahir di Jerman telah menyelesaikan semacam program gelar atau kualifikasi pekerjaan. Sedangkan para migran generasi pertama kerap kali menghadapi kekurangan dalam pencapaian pendidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement