Sabtu 08 May 2021 03:50 WIB

Komunitas Badui Palestina Dapat Bantuan Layanan Kesehatan

UNRWA memberikan perawatan bagi pengungsi kelompok badui Palestina

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Esthi Maharani
 Seorang bocah lelaki Badui Palestina memegang bendera Palestina setelah pasukan Israel menghancurkan tenda dan bangunan lain di dusun Khirbet Humsu di Lembah Jordan di Tepi Barat, Rabu, 3 Februari 2021.
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Seorang bocah lelaki Badui Palestina memegang bendera Palestina setelah pasukan Israel menghancurkan tenda dan bangunan lain di dusun Khirbet Humsu di Lembah Jordan di Tepi Barat, Rabu, 3 Februari 2021.

IHRAM.CO.ID, TEPI BARAT -- Badan Bantuan PBB, UN Relief and Works Agency (UNRWA), memberikan perawatan bagi kalangan pengungsi dari kelompok badui Palestina selama pandemi Covid-19. Komunitas Badui Nabi Samwil dan Rashaida telah melalui dilema sulit bertahap hidup sejak timbulnya Covid-19 pada Maret 2020.

Untuk melayani pengungsi Palestina yang paling terpukul oleh pembatasan akses di Tepi Barat, UNRWA meluncurkan inisiatif klinik keliling pertamanya delapan tahun lalu. Badan tersebut mendirikan tiga klinik kesehatan keliling yang melayani sebelas komunitas terpencil di Tepi Barat.

Seida Ali, yang berusia delapan tahun, mengunjungi klinik keliling UNRWA yang melayani komunitas Badui Arab al-Rashaida, sebelah tenggara Betlehem, untuk meminta pengobatan bagi adik bayinya. Dia menggambarkan gejala 'Uqla' kakaknya kepada Dr Hassan al-Dhiba, seorang dokter klinik keliling. Hassan juga memeriksa Seida karena dia berjuang dengan batuk yang sama seperti yang dia gambarkan pada saudara laki-lakinya.

"Selain konsultasi perawatan kesehatan primer, kami menyediakan perawatan untuk diabetes, hipertensi, dan perawatan pranatal. Kami juga menyediakan layanan dukungan kesehatan mental, pembersih dan masker, dan informasi tentang Covid-19," kata Dr Hasan dilansir dari laman resmi UNRWA, Jumat (7/5).

Setelah pemeriksaan kesehatan tersebut, apoteker dari daerah setempat, Jinan Halaiqa, memberi Seida obat yang dibutuhkan. Halaiqa mengakui, para tetangganya biasa mengikuti pemeriksaan kesehatan di kendaraan klinik keliling pada setiap hari Selasa.

Dia secara aktif menyarankan masyarakat setempat untuk mengunjungi klinik untuk pemeriksaan dan pengobatan yang diperlukan. Zahra juga mengadvokasi lokasi permanen untuk klinik keliling dengan dewan desa, karena staf klinik bergantung pada kondisi cuaca.

Komunitas Arab al-Rashaida tidak memiliki akses langsung ke perawatan kesehatan di luar klinik keliling UNRWA. Ini termasuk tidak ada layanan ambulans atau apotek. Dalam kasus darurat, pasien mencari pengobatan di fasilitas perawatan kesehatan di kota Tuqu'.

Cerita lain dari pembatasan akses adalah dari komunitas Nabi Samwil. Terletak di barat laut Yerusalem, desa berpenduduk 300 jiwa itu terisolasi dari dunia luar oleh rezim perizinan yang ketat yang diberlakukan oleh Israel. Umm Iman Barakat, ibu empat anak pengungsi Palestina, secara teratur mengunjungi layanan kesehatan klinik keliling UNRWA untuk anak-anaknya.

"Saya memiliki empat anak di bawah 10 tahun. Saya kesulitan untuk pergi ke klinik di desa tetangga ketika mereka membutuhkan perawatan. Transportasi umum tidak melayani desa kami dan pos pemeriksaan membuat transportasi semakin sulit. Saya menghargai UNRWA karena menyediakan klinik keliling ke desa kami, ini membebaskan kami dari masalah perjalanan ke daerah lain," katanya.

Mithqal Barakat, seorang pengungsi lanjut usia yang menderita penyakit kronis, juga mengatakan hal senada. Sebelum ada klinik keliling, dia harus pergi ke desa tetangga untuk berobat sehingga untuk menempuhnya pun tentu sulit karena kondisi dirinya yang sudah renta.

"Dengan adanya klinik keliling ini, proses menerima pemeriksaan medis, diagnosis, dan perawatan menjadi dapat diakses. Kami berharap staf medis yang berdedikasi ini akan terus memberikan layanan kepada kami," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement