Kamis 20 May 2021 15:18 WIB

Biden Kembali Menelpon PM Israel untuk Gencatan Senjata

Biden mengharapkan pasukan Israel untuk menghentikan serangannya.

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joe Biden
Foto: AP / Evan Vucci
Presiden Joe Biden

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui telepon sekali lagi pada Rabu (19/5) di tengah kekerasan yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza. Dalam panggilan telepon tersebut, Biden mengharapkan pasukan Israel untuk menghentikan serangannya.

Dilansir dari Saudi Gazette pada Kamis (20/5), menurut pernyataan dari Gedung Putih, Presiden AS menyampaikan kepada perdana menteri Israel bahwa "dia mengharapkan penurunan yang signifikan hari ini di jalan menuju gencatan senjata," meningkatkan tekanan pada Netanyahu untuk mengakhiri pertempuran dengan Hamas.

Pernyataan Biden pada Rabu kemarin merupakan salah satu yang terkuat yang dia berikan secara publik hingga saat ini di tengah kekerasan di Palestina. Ini merupakan penyimpangan yang jelas dari sikapnya, sebelumnya di mana AS tampak selalu mendukung Israel sementara tidak peduli dengan penderitaan rakyat Palestina.

Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tetap bertekad melanjutkan serangannya, dengan berujar, "Bertekad untuk melanjutkan operasi ini sampai tujuannya tercapai: untuk memulihkan ketenangan dan keamanan untuk Anda, warga Israel."

 

Seruan Biden kepada Netanyahu datang setelah lebih dari 200 warga Palestina meninggal dunia dalam serangan-serangan Israel. Sedangkan dari pihak Israel hanya selusin yang terluka dan korban luka di Palestina mencapai ribuan orang.

Sebelumnya pada hari itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin III berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel Benjamin Benny Gantz. Sekretaris Austin menggarisbawahi dukungannya yang berkelanjutan untuk hak Israel untuk mempertahankan diri, meninjau penilaian kampanye militer Israel di Gaza, dan mendesak de-eskalasi konflik, menurut pernyataan pers dari Pentagon pada hari Rabu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement