IHRAM.CO.ID, LONDON – Inggris telah dituduh meninggalkan pengungsi Rohingya di Bangladesh setelah memotong bantuan kemanusiaan lebih dari 40 persen. Kantor Persemakmuran dan Pembangunan Luar Negeri (FCDO) Inggris menjanjikan 27,6 juta poundsterling untuk rencana tanggapan bersama sektor kemanusiaan yang diluncurkan pada pekan ini. Padahal tahun lalu, mereka membantu sebesar 47,5 juta poundsterling.
“Keputusan ini akan membawa bencana bagi beberapa orang yang paling putus asa dan rentan di dunia. Inggris mundur saat mereka membutuhkan kami untuk melangkah,” kata Direktur Eksekutif Kebijakan, Advokasi dan Kampanye Save The Children, Kirsty McNeill.
McNeill mengatakan pemotongan itu tidak mengejutkan setelah pemerintah telah mengurangi bantuan ke Yaman dan Suriah. Sekarang pengungsi Rohingya tinggal di kamp pengungsi yang berbahaya dan sempit. Selain berjuang untuk bertahan hidup, mereka juga berjuang melawan Covid-19. Sejauh ini, telah terjadi lebih dari 80 kebakaran di pemukiman Cox’s Bazar.
Setidaknya ada 885 ribu Rohingya yang tinggal di Bangladesh. Sebagian besar mereka mengungsi sejak 2017 ketika militer Myanmar melancarkan operasi terhadap kelompok minoritas tersebut. Presiden Burmese Rohingya Organisation UK, Tun Khin menyebut ini bukan saatnya Inggris meninggalkan kepemimpinan internasional. Menurut dia, target utama dari pemotongan bantuan yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab adalah anak-anak Rohingya.
“Masa depan anak-anak menjadi lenyap. Terlebih, pertumbuhan populasi ini hampir tidak menerima pendidikan apa pun dalam sepuluh tahun. Kita bisa melihat generasi muda yang hilang,” kata Khin dalam sebuah pernyataan, dilansir the Guardian, Jumat (21/5).
Selama peluncuran rencana tersebut, Duta Besar Inggris untuk PBB di Jenewa, Simon Manley mengaku tidak ada solusi jangka panjang untuk Rohingya yang ditemukan. Ini juga disebabkan kudeta militer di Myanmar yang memperumit situasi.
Petugas Kampanye, Karin Valtersson mengatakan Dominic Raab tahu apa yang dia bicarakan untuk memberantas kemiskinan tapi dia tidak memberikan tindakan apa pun. “Pada saat yang paling dibutuhkan Raab telah memutuskan untuk meninggalkan orang-orang termiskin di Burma,” ujar doa.
Pada 2017 pemerintah Inggris menjanjikan 129 juta poundsterling untuk bantuan Rohingya setelah pengungsian massal. Tetapi pengeluaran telah berkurang setiap tahun. Pada Selasa, donatur telah menjanjikan hanya 35 persen dari 943 juta dolar Amerika untuk membantu Ronghingya selama tahun 2021. Hampir 500 ribu orang tinggal di kamp dengan berbagai kebutuhan dasar termasuk makanan, air, dan perawatan kesehatan.
Pemerintah Inggris memangkas anggaran bantuannya dari 0,7 persen menjadi 0,5 persen dari pendapatan nasional bruto tahun ini. Namun, mereka mengatakan akan meningkatkan pengeluarannya setelah dampak virus korona mereda.
“Inggris menghabiskan lebih dari 10 miliar poundsterling tahun ini untuk memerangi kemiskinan, mengatasi perubahan iklim, menanggapi krisis kemanusiaan, dan meningkatkan kesehatan global. Sejak 2017, Inggris telah menyumbang lebih dari 321 juta poundsterling untuk respons Rohingya dan kami tetap menjadi donatur utama untuk respons krisis Rohingya di Bangladesh,” kata FCDO.