IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Seorang wali bernama Syekh Dahak bin Muzhahim rah bercerita bahwa pada malam Jumat, ia menetapkan diri untuk berziarah ke Masjid Jamik di Kufah. Di sekitar pekarangan masjid ia melihat seorang pemuda sedang bersujud sambil menangis tersedu-sedu yang juga diketahui adal wali Allah.
Dahak berkata dalam hatinya.
"Mungkin dia adalah seorang wali Allah," katanya seperti dikisahkan Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 kisah Haji wali-wali Allah"
Syekh Dahak pun pergi menghampirinya dan ingin menyimak lebih dekat apa yang sedang ditangisinya. Begitu mendekat, terdengar di dalam isakan tangisnya ungkapan bait-bait syair dengan suara yang lirih.
"Kepada-Mu, wahai Tuhan aku bersandar. Beruntunglah mereka yang hanya engkau sebagai tujuan. Berbahagia lah mereka yang menghabiskan malam dalam takut kepadamu. Membuka hati untuk mengadu dukacita di hadapanmu.
Tiada penyakit yang menyusahkan mereka, kecuali menanggung cinta kepada-Mu.
Ketika malam sunyi dengan perasaan hina mereka memohon kepada-Nya."
"Allah menjawab seruan mereka dengan menganugerahkan apa yang mereka minta."
Ketika dia membaca bait-bait tersebut, dia mengulangi yang pertama sambil menangis tiada henti-hentinya. Syekh Dahak terharu dengan tangisannya, sehingga air matanya tanpa sadar ikut berlinangan.
Lalu Syekh Dahak mengucapkan salam dan dia membalasnya. Syekh Dahak membuka pembicaraan dan berkata.
"Semoga Allah merahmati malam ini untukmu dan merahmatimu. Siapakah engkau yang mulia ini?"
Dia menjawab, "Aku Rashid bin Sulaiman " katanya.
"Aku sering mendengar nama itu sebelumnya, bahkan sudah lama aku ingin bertemu dengannya. Inilah pertemuanku yang pertama dengannya," katanya
Kemudian Syekh Dahak meminta izin untuk tinggal bersamanya dan melayaninya. Namun dia berkata, "itu adalah tugas yang berat, bagaimana mungkin seseorang yang senantiasa berhubungan dengan Rabbnya, mempunyai waktu untuk urusan urusan pelayanan dengan para sahabatnya tanda tanya demi Allah seandainya para Wali Allah dahulu menyaksikan orang-orang pada hari ini niscaya mereka akan berkata bahwa orang-orang pada zaman sekarang tidak mengimani akhirat."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, dia pun bergegas pergi menghilang. Keberadannya hanya Allah yang mengetahui kemana dia pergi.
"Aku sangat bersedih," katanya.
Kemudian Syekh Dahak memohon kepada Allah agar mempertemukannya dengan Rashid bin Sulaiman sebelum datang kematiannya.
Ketika itu Syekh Dahak menunaikan Haji pada tahun berikutnya, ia melihat Rashid bin Sulaiman sedang duduk di bawah bayangan dinding Ka'bah. Dan sekerumunan besar orang-orang berkumpul mengelilinginya dan membacakan surat Al An'am di hadapan mereka.
Ketika melihat Syekh Dahak, Rashid bin Sulaiman tersenyum, langsung datang menghampiri dan mendekapnya. Sambil berkata.
"Adakah engkau telah memohon kepada Allah untuk bertemu sekali lagi sebelum kematianmu?"
"Aku menjawabnya. Ya aku melakukannya, wahai orang mulia."
"Segala puji bagi Allah," katanya.
"Semoga Allah merahmatimu," kata Syekh Dahak mendokan Syekh Rashid bin Sulaiman.
Syekh Rashid bin Sulaiman menguji kewalian Syekh Dahak dengan pertanyaan.
"Beritahukan kepadaku apa yang kau lihat pada malam itu ketika pertemuan terakhir kita?"
Tiba-tiba dia menjerit keras.
"Aku segera sadar, bawa hijab hatinya telah terpecah. Ia jatuh pingsan dan mereka yang mengerumuninya langsung menjauhkan diri. Ketika sadar kembali, Dia berkata.
"Saudaraku, tidakkah engkau mengetahui bahwa para Kekasih Allah itu memiliki perasaan takut yang besar untuk membukakan Rahasianya."
"Siapakah orang-orang yang mengelilingi mutadi membaca Alquran,? Tanya Syekh Dahak.
"Mereka adalah para Jin, kami sudah lama berhubungan. Aku memuliakan mereka dan menghormati mereka. Mereka selalu menyertaiku beribadah Haji setiap tahun dan selalu membacakan Alquran untukku."
Kemudian dia mengucapkan kata-kata perpisahan kepadaku. "Semoga Allah mempertemukan kita sekali lagi di surga. Tempat yang tiada lagi perpisahan, tiada kesukaran, dan tiada lagi kedukaan."
Setelah itu, Syekh Rashid bin Sulaiman pun wafat dengan penuh ketenangan.