Sebelumnya, Yesh Atid diprediksi banyak orang akan hancur. Namun, partai ini memenangkan 11 kursi dalam pemilihan 2015. Hal itu secara efektif mengubah Lapid menjadi kepala oposisi yang aktif dan efisien.
Pada putaran pertama pemilihan 2019, ia membentuk blok dengan partai Blue and White yang baru dibentuk Gantz. Blok gabungan itu mempertahankan 33 kursi dalam dua pemilihan tahun itu. Tetapi aliansi itu berantakan pada Maret 2020, ketika Gantz secara tak terduga memutuskan untuk bergabung dengan koalisi Netanyahu dengan imbalan rotasi jabatan perdana menteri yang tidak pernah terwujud.
Lawan-lawannya mengakui bahwa Lapid telah matang dalam posisinya sebagai oposisi. Ketika arena politik Israel mengalami kekacauan, dengan pemilihan legislatif berturut-turut gagal menentukan pemenang yang jelas, Lapid tetap tenang. Mantan presenter TV itu lantas melakukan proses pembentukan koalisi secara tertib.
Sementara itu, sekutu terdekatnya mengklaim Lapid kini lebih sayap kiri daripada yang dia proyeksikan, sedangkan sayap kanan mengklaimnya telah menjadi 'kesayangan dari sayap kiri'. Bagaimanapun, sayap kiri merangkulnya karena putus asa dan kurangnya alternatif nyata. Namun, mereka memiliki kesamaan utama, yakni menyingkirkan Netanyahu.
Pergeseran yang paling luar biasa adalah dalam hubungan Lapid dengan warga Palestina dari kepemimpinan politik Israel. Pada 2013, ia telah menyatakan penolakannya untuk bergabung dengan blok anti-Netanyahu bersama dengan 'Zoabis', mengacu pada anggota parlemen partai Balad Haneen Zoabi dan anggota lain dari koalisi Arab Joint List.
Lapid kemudian meminta maaf kepada anggota parlemen Ahmad Tibi atas pernyataan ofensif tersebut. Pada 2021, dia adalah orang pertama yang secara terbuka menyatakan bahwa dia siap untuk membentuk pemerintahan yang didukung oleh partai Arab.
Pada Rabu (2/6), partai Lapid dan partai oposisi lainnya sepakat berkoalisi untuk membentuk pemerintahan baru. Lapid memberi tahu Presiden Reuven Rivlin bahwa koalisi persatuan delapan faksi telah dibentuk.
Pemerintahan koalisi mereka ini mencakup beberapa sekutu politik, termasuk pemimpin partai United Arab List, Mansour Abbas. Di bawah perjanjian koalisi tersebut, Bennett akan menjabat sebagai perdana menteri selama dua tahun sebelum nanti menyerahkannya kepada Lapid.