IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Memandang Ka’bah secara langsung diyakini berbeda rasanya dengan memandang Ka’bah melalui medium-medium tertentu. Bahkan dipercaya bahwa memandang Ka’bah secara langsung dapat menghasilkan manfaat bagi kesehatan psikologis.
Dalam buku Sehat dengan Ibadah karya Jamal Muhammad Az-Zaki dijelaskan, apabila seorang Muslim sampai di Ka’bah dan thawaf bersama saudara-saudaranya yang lain dari seluruh penjuru negeri di muka bumi ini, maka ia akan diselimuti dengan ketenangan perasaan, kenyamanan, dan kejernihan hati serta pikiran.
Dijelaskan bahwa orang yang menatap Ka’bah secara langsung akan merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta. Perasaan yang tiada pernah dirasakan kecualai oleh orang yang telah mencobanya, merasakan keagungan persatuan dan kesatuan Islam sehingga berpotensi meningkatkan keimanan dan kekuatannya.
Meskipun hadis yang menjelaskan tentang keutamaan memandang Ka’bah tidak shahih, akan tetapi di sana terdapat beberapa atsar yang menyebutkan tentangnya. Di antara atsar yang menyebutkan tentang keutamaan menyaksikan Ka’bah antara lain hadis yang diriwayatkan Abu As-Syekh dari Sayyidah Aisyah, mengatakan: “Memandang Ka’bah merupakan ibadah,”.
Begitu juga dengan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: “Ada lima perkara termasuk ibadah; menyedikitkan makan, duduk di masjid, memandang Ka’bah, memandang mushaf, dan memandang wajah ulama,”.
Adapun mengenai atsar, maka Imam As-Suyuthi berkata dalam kitabnya, Al-Azraq dan Al-Jundi meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwasannya dia berkata: “Memandang Ka’bah merupakan kemurnian iman,”.
Di sisi lain dijelaskan pula bahwa pernah ada seorang psikiater yang melakukan perjalanan hingga ke Ka’bah. Kemudian dia berkata: “Sampai di Ka’bah setelah melalui perjalanan panjang merupakan kebahagiaan psikologis. Inilah kebahagiaan yang biasa dirasakan orang-orang yang berwisata ke Ka’bah untuk beribadah dan menyatakan puji serta syukur kepada Allah. Setiap langkah mereka selama perjalanan wisata, di manapun tubuh dan jiwa mereka berkelana di sana, baik zahir maupun batin, merupakan wisata pengobatan psikologis maupun fisiologis sekaligus. Wisata semacam inin berpotensi memperbaiki sikap dan perilaku yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam yang toleran. Hal ini merupakan salah satu korelasi antara kesehatan psikologis dengan Ka’bah,”.
Psikiater lainnya ketika melaksanakan ibadah yang penuh berkah tersebut dan duduk di depan Ka’bah berkata dengan melontarkan beberapa pertanyaan: “Apakah Ka’bah memiliki peran dalam meningkatkan kesehatan psikologi?”. Dia pun menjawabnya sendiri dengan berkata: “Ka’bah merupakan benteng keamanan psikologis. Orang yang mengunjungi Ka’bah menghadirkan hatinya di hadapan Allah, di mana Zat Yang Mahabesar, Mahaagung, Mahatinggi, Mahamengatur semua energi, melimapi segala kenikmatan bagi siapa-siapa yang melihatnya,”.
Memandang Ka’bah dapat menimbulkan perasaan damai dan aman. Secara psikologis dijelaskan bahwa keamanan dan kenyamanan merupakan kesehatan psikologis yang sesungguhnya, di mana konflik terhenti dan jiwa manusia mencapai ketenangan dan kenyamanannya. Orang yang mengunjungi Ka’bah membersihkan diri sesuka hatinya demi berhadapan dengan Allah dan memperkuat kehendaknya, serta mematangkannya.
Orang yang mengunjungi Ka’bah bertekad dan beniat melakukan perjalanan, thawaf, sai, berlari-lari kecil, meminum air zamzam, dan kemudian duduk untuk merenung dan berkontemplasi. Orang yang memandang Ka’bah pada dasarnya adalah orang yang mau berkontemplasi dan merenungi ciptaan Allah dan keindahan ciptaan-Nya.