Dilansir the Guardian, Rabu (16/6), Peneliti Senior HRW Belkis Wille mengatakan Bangladesh membagikan data dari 830 ribu pengungsi Rohingya yang secara umum adalah seluruh populasi mereka di Bangladesh. Ini menunjukkan tidak ada yang keberatan jika data mereka dibagikan kepada Myanmar.
“Sulit untuk membayangkan tidak ada satu orang pun yang khawatir dan mengatakan tidak untuk memberikan persetujuan. Dan itulah salah satu alasan utama mengapa kami pikir apa yang kami lihat dalam wawancara individu kami bahwa mereka tidak ditanyai untuk setuju atau tidak,” kata dia.
Dari 830.000 Rohingya yang datanya diserahkan Bangladesh ke Myanmar, sekitar 42 ribu telah diberikan hak untuk kembali ke negara asalnya. Sebanyak 21 orang yang diwawancarai HRW mengatakan mereka hanya mengetahui data telah dibagikan saat mereka diberitahu dapat kembali ke Myanmar. Sejak itu, mereka harus bersembunyi karena takut dipulangkan secara paksa.