IHRAM.CO.ID, GAZA -- Israel mengizinkan dimulainya kembali ekspor komersial dari Jalur Gaza, Senin (21/6). Isarel menyebut langkah ini tindakan bersyarat.
Izin diberikan satu bulan setelah gencatan senjata menghentikan 11 hari pertempuran dengan penguasa Hamas di daerah kantong Palestina. Pejabat perbatasan Gaza mengatakan pelonggaran pembatasan Israel akan berlangsung dua hingga tiga hari dan akan berlaku untuk barang-barang pertanian dan tekstil.
"Setelah evaluasi keamanan, keputusan telah dibuat untuk pertama kalinya sejak akhir (pertempuran) untuk memungkinkan ekspor terbatas produk pertanian dari Jalur Gaza," kata COGAT, cabang Kementerian Pertahanan Israel.
COGAT mengatakan tindakan itu disetujui pemerintah Perdana Menteri Naftali Bennett dan bersyarat pada pelestarian stabilitas keamanan. Israel terus mengontrol ketat penyeberangan Gaza dengan dukungan dari negara tetangga Mesir.
Pembatasan Israel diintensifkan selama pertempuran pada Mei, secara efektif menghentikan semua ekspor. Namun, dengan sebagian besar gencatan senjata yang dimediasi Mesir, Israel mengatakan beberapa ekspor akan diizinkan keluar melalui wilayahnya mulai Senin pagi.
Mesir meningkatkan mediasi antara Israel dan Hamas minggu lalu setelah balon pembakar yang diluncurkan dari Gaza memicu serangan udara pembalasan Israel di lokasi Hamas. Hal ini menantang gencatan senjata yang rapuh.
Tetapi dengan gejolak yang telah surut sejak Jumat pagi (18/6), beberapa pekerja di Gaza menyuarakan harapan pelonggaran pembatasan Israel akan bertahan, dan berpotensi diperluas. Sekitar 10 ribu orang di Gaza bekerja di sektor tekstil.
"Ini bisa menjadi awal. Hari ini kami mengekspor pakaian, dan besok, mungkin sesuatu yang lain," kata sopir truk Gaza Ismail Abu Suleiman (55 tahun) yang mengangkut barang-barang ekspor ke perbatasan Kerem Shalom Israel.
Kementerian Pertanian Gaza mengatakan petani telah kehilangan 16 juta dolar AS (sekitar Rp 230,7 miliar) karena pembatasan ekspor.