REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ketidakpastian situasi akibat pandemi Covid-19 yang telah berdampak pada penyelenggaraan ibadah haji telah menggantung nasib kehidupan para buruh migran di Arab Saudi. Mereka yang biasa mendapatkan penghasilan saat musim haji kini hanya bisa berpangku tangan.
Salah seorang buruh migran yang terdampak akibat pandemi Covid-19 yang mengganggu pelaksanaan ibadah haji adalah Muhammed Kurdi, seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tinggal di Makkah. Selama kurang lebih 15 tahun, Kurdi biasa bekerja sebagai pemandu bagi jamaah Indonesia yang datang untuk menunaikan haji.
Selama musim haji, ayah tiga anak ini biasa mendapatkan penghasilan hingga 200 juta rupiah sebulan atau senilai 14,042 dolar. Kini, pembatasan haji karena pandemi untuk tahun kedua telah melarang kembali jamaah haji dari luar negeri. Di tengah situasi demikian, Kurdi berjuang untuk tetap hidup di tanah Arab ini.
"Sejak pandemi, saya menganggur, dan mungkin semua pemandu di Makkah seperti ini, menganggur karena tidak ada lagi jamaah umrah dan haji. Jadi, kami di Makkah sudah tidak bekerja selama lebih dari setahun," ungkap Kurdi kepada CNA, dilansir di laman About Islam, Senin (21/6).
Awal bulan ini, pemerintah Saudi mengumumkan kembali membatasi haji karena pandemi Covid-19. Kerajaan mengatakan tidak ada jamaah asing yang akan diizinkan untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini, dan menetapkan maksimum 60.000 jamaah hanya bagi warga Saudi dan ekspatriat (pekerja asing di Saudi).
Selama beberapa bulan terakhir, Kurdi mencoba segala macam pekerjaan, mulai dari mengantar orang ke pusat vaksinasi atau ke luar kota dan bahkan menjadi YouTuber dengan memproduksi video dari kehidupan di Makkah. Pria berusia 36 tahun itu juga meminta keluarganya di Indonesia untuk mentransfer uang kapan pun dia membutuhkan.
"Alhamdulillah kita punya tabungan di Indonesia. Tetapi dua tahun ini susah. Tidak mungkin untuk mengambil dari tabungan saya selamanya. Tentu saja, jika tidak bekerja akan habis. Jika terus seperti ini, tentu kami tidak akan bisa menanganinya," ujarnya.
Kendati situasi demikian, Kurdi memutuskan untuk tetap berada di Saudi, sampai izin kerjanya berakhir setelah tujuh bulan. Ia mengaku memiliki keraguan tentang masa depannya di tanah air.
"Itulah mengapa beberapa orang memutuskan untuk tinggal di sini karena mereka bimbang," kata Kurdi.