Selasa 06 Jul 2021 08:19 WIB

Haji dan Diaspora Muslim China di Makkah

Pelaksanaan haji menyebabkan terbentuknya diaspora Muslim China di Makkah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Para imam masjid menyantap hidangan buka puasa dengan para jamaah di halaman Masjid Niujie, Beijing, China, Minggu (9/5/2021). Buka bersama sambil berdiri di halaman masjid tersebut sangat unik dan menjadi tradisi tersendiri bagi komunitas Muslim di Niujie.
Foto:

Gelombang pengasingan Muslim China ke Makkah selama Perang Dingin, bagaimanapun, tidak berarti bahwa interaksi antara orang-orang dan nilai-nilai agama benar-benar berhenti antara Timur Tengah dan Cina daratan. Sebelum normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Republik Rakyat China pada tahun 1990, pertemuan keluarga yang tidak resmi diadakan di Makkah pada 1980-an melalui mediasi Liga Muslim Dunia maupun visa kunjungan keluarga.

Meski anti-komunis terjadi di tahun-tahun awalnya, Liga Muslim Dunia mengelola isu-isu politik yang sensitif antara China dan Arab Saudi dengan memungkinkan pertemuan populasi diaspora Muslim China dengan keluarga mereka dari daratan dengan "alasan" haji ke Makkah. Agama, karena itu, adalah ikatan yang menghubungkan China dengan dunia Islam selama periode ketegangan Perang Dingin ini.

"Itu juga merupakan kesempatan bagi individu generasi kedua untuk menemukan rumah baru. Menciptakan hubungan dengan rumah lama mereka di daratan Tiongkok adalah sumber identifikasi lain dan juga semacam modal sosial," kata dia.

Ketika China membuka ekonominya dan Perang Dingin mendekati akhir pada 1980-an, hubungan antara China dan Mekah juga memberikan peluang bagi diaspora Muslim China untuk kembali ke tanah air mereka. Setelah Revolusi Kebudayaan penghancuran tradisi budaya, kebangkitan warisan ini di era pasca-Mao memungkinkan fluoresensi kegiatan keagamaan pada 1980-an dan 1990-an.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement