Sabtu 10 Jul 2021 21:00 WIB

Pakar: Mayoritas yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi

Sebagian besar pasien yang pernah terinfeksi COVID-19, namun tidak terdeteksi.

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di salah satu rumah warga di lingkungan terpapar COVID-19 di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (10/7/2021). Penyemprotan itu untuk mencegah penularan COVID-19 yang sepekan terakhir ini mengalamai kenaikan signifikan di daerah tersebut.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di salah satu rumah warga di lingkungan terpapar COVID-19 di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (10/7/2021). Penyemprotan itu untuk mencegah penularan COVID-19 yang sepekan terakhir ini mengalamai kenaikan signifikan di daerah tersebut.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono menyebutkan sebagian besar pasien yang pernah terinfeksi COVID-19, namun tidak terdeteksi.

"Dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi, hanya 8,1 persen yang terkonfirmasi. Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi," kata Pandu dalam Konferensi Pers Diseminasi Hasil Survei Serologi COVID-19 yang digelar secara virtual, Sabtu (10/7).

Baca Juga

Pandu mengatakan data yang didapatkan hasil dari survei yang dilakukan antara FKM UI, Lembaga Eijkman, CDC Indonesia, serta Pemprov DKI Jakarta menunjukkan sebagian besar orang terinfeksi COVID-19 yang terdeteksi maupun tidak terdeteksi, namun tidak pernah merasakan gejala secara medis.

Berdasarkan fakta tersebut, Pandu menilai kekebalan komunal di Jakarta akan lebih sulit tercapai karena Jakarta adalah kota terbuka dengan mobilitas intra dan antarwilayah yang tinggi.

"Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus," tutur Pandu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement