IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Pemerataan distribusi hewan qurban sangat diperlukan mengingat ketimpangan konsumsi daging masyarakat secara nasional yang sangat tinggi. Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menyebut satu persen masyarakat terkaya mengonsumsi 42 persen produksi daging nasional atau sekitar 56 ribuan ton.
Sementara sebanyak 95 persen penduduk termasuk golongan termiskin hanya konsumsi 0,98 persen konsumsi daging nasional. Peneliti IDEAS, Askar Muhammad mengatakan ketimpangan ini dapat diturunkan dengan pemerataan distribusi hewan qurban secara nasional dan menyeluruh.
Hal tersebut perlu adanya dukungan signifikan dari Lembaga Amil Zakat sebagai penghimpun dan distributor hewan qurban, dan pemerintah melalui berbagai kebijakannya. "Pemerataan dapat menggunakan data daerah yang mencatat mengalami surplus daging qurban dan defisit daging qurban," katanya dalam Webinar Potensi Kurban 2021, Rabu (14/7).
Daerah yang paling surplus hewan qurbannya salah satunya adalah Jakarta Selatan. Daerah ini sekaligus menjadi daerah dengan konsumsi rata-rata daging sapi tertinggi di Indonesia, tercatat 2,186 kg per kapita per tahun. Jumlah ini 700 kali lebih tinggi dari konsumsi di Buton Tengah yang tercatat hanya 0,003 kg per kapita per tahun.
Rata-rata penduduk di kelas terkaya mengonsumsi 1,39 kg daging per kapita per tahun, 51 kali lebih tinggi dari rata-rata penduduk di kelas termiskin yang hanya mengkonsumsi 0,027 kg daging per kapita per tahun. Dalam laporan IDEAS terbaru terkait potensi qurban, diperlukan intervensi distribusi untuk pemerataan konsumsi daging minimal 3,25 kg per kapita per tahun untuk 40 persen penduduk termiskin atau sekitar 99 juta orang agar kesenjangan konsumsi daging bisa menurun.
"Untuk simulasi ini maka dibutuhkan setidaknya 322 ribu ton daging per tahun untuk menurunnya kesenjangan konsumsi daging," katanya.
Intervensi terpenting adalah bagi orang termiskin dari yang miskin. Artinya, mereka perlu intervensi daging dalam jumlah lebih besar. Dengan skenario sinergi yang optimal antara pemerintah dan filantropi Islam, beban intervensi per tahun dibagi antara filantropi Islam sebesar 104,9 ribu ton dan pemerintah 261,8 ribu ton. Filantropi Islam berfokus pada kelompok termiskin dari yang miskin.
Dari perhitungan IDEAS, daerah dengan potensi surplus kurban terbesar didominasi daerah metropolitan Jawa, yaitu Jakarta (22 ribu ton), Bogor Raya, Depok dan Bekasi Raya (11 ribu ton), Bandung Raya (6 ribu ton), Tangerang Raya (5 ribu ton), dan Surabaya Raya (5 ribu ton).
Sedangkan daerah dengan potensi defisit qurban terbesar didominasi daerah pedesaan Jawa, antara lain kawasan selatan Jawa Barat, yaitu Kab. Cianjur, Garut, Sukabumi dan Tasikmalaya (-6 ribu ton), kawasan timur Jawa Timur yaitu Kab. Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Situbondo (-5 ribu ton), kawasan selatan Jawa Timur yaitu Kab. Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri (-4 ribu ton) dan kawasan utara Jawa Tengah yaitu Kab. Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga, Pekalongan (-4 ribu ton).