Kamis 15 Jul 2021 07:15 WIB

Sosok: Abdul Abdul Karim Oei (Bagian Pertama)

Nama Haji Abdul Karim menjadi figur penting dalam dakwah Islam di Indonesia.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Pengurus masjid melaksanakan shalat di Masjid Lautze di Jalan Lautze, Sawah Besar, Jakarta.
Foto:

Selama di HCS, Oei muda menerima pengajaran Kristen. Dia pun kemudian menganut agama itu meskipun tidak pernah benar-benar mempraktikkannya, seperti yang diakuinya kemudian hari.

Begitu lulus dari sekolah tersebut, pemuda ini mengikuti berbagai kursus. Waktu luang juga dimanfaat kannya untuk mempelajari ilmu dagang. Dalam hal ini, peran abang dan ka kak iparnya cukup besar dalam meng a jarkan teori dan keterampilan berdagang.

Selanjutnya, Oei muda hijrah ke Bintuhan, Bengkulu. Alasan kepindahannya terutama didorong faktor-faktor bisnis. Kala itu, kota pelabuhan tersebut merupakan salah satu pusat perdagangan berbagai komoditas yang laku keras, seperti cengkeh, lada, kopi, dan damar.

Dalam autobiografinya, dirinya mengenang bahwa perpaduan antara jiwa Tionghoa dan pengaruh Minangkabau membentuk karakteristiknya dalam berniaga dan merantau. Di Bintuhan, Oei dengan cepat mendapatkan banyak teman dan jaringan bisnis. Ia tidak hanya berkawan dengan orang-orang sebayanya yang memiliki kesamaan profesi atau seketurunan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement