Akhirnya bapaknya mendengar kabar ini. Oei pun ditanya, mengapa mengikuti agama orang Melayu, padahal mereka dikenal terbelakang daripada Tionghoa. Namun, pemuda ini tetap pada pendiriannya.
Dengan lemah lembut, ayahnya diberi tahu tentang kesetaraan dalam pandangan Islam. Belakangan, sikap dan kiprah Oei di jalan dakwah dan pergerakan mengetuk hati ayahnya, yang akhirnya ikut memeluk Islam.
Selain Ustaz Abdul Kadir, tokoh lain yang menjadi tempatnya belajar Islam ialah Ustaz Fikir Daud. Alumnus Sekolah Thawalib Padang Panjang ini juga memperkenalkannya pada tokoh-tokoh Muslim nusantara kala itu, seperti AM Sangadji, Syekh Ahmad Syurkati, dan A Hassan. Dalam autobiografinya, Oei menyebut, dua nama yang tersebut pertama menempati posisi khusus di hatinya.
Di Minangkabau, Ustaz Fikir adalah seorang tokoh Muhammadiyah. Bersama dengannya, Oei turut menyokong berdirinya cabang Muhammadiyah di Bengkulu. Mulai saat itu, dirinya memantapkan hati untuk berjuang di medan dakwah. Terbukti, umpamanya, ketika seseorang ingin memberikan zakat kepadanya selaku mualaf.
Dia pun menjawab bahwa dirinya bukan lagi mualaf, melainkan dai, Seorang mualaf masih harus diyakinkan. Lebih baik memberikan zakat kepada seseorang yang memiliki hak lebih besar, orang miskin salah satunya.
Oei berdakwah dari kampung ke kampung di daerah Bintuhan dan Kaur. Inilah salah satu jasanya dalam mengembangkan Muhammadiyah hingga ke pelosok Bengkulu.