Kamis 22 Jul 2021 09:09 WIB

KH Abdul Halim Menggerakan Wirausaha (I)

KH Abdul Halim menulis risalah Economie dan Cooperatie dalam Ajaran Islam (1936).

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Wirausaha, ilustrasi
Foto:

KH Muhammad Iskandar wafat ketika Otong Syatori masih berusia anak-anak. Karena itu, dia kemudian diasuh ibunya dan para kakak kandungnya. Dia juga belajar kepada KH Anwar sehingga mampu fasih membaca Alquran pada usia 10 tahun. Lebih lanjut, rasa cinta Otong Syatori terhadap ilmu sudah terlihat sejak dini.

Di tempat tinggal barunya, Desa Cideres, Majalengka, sejumlah misionaris asing menjalankan aktivitas penyebaran agama Kristen kepada penduduk lokal. Namun, Otong Syatori melihat fakta itu sebagai kesempatan baginya belajar membaca dan menulis huruf Latin. Otong Syatori mempelajari bahasa Belanda untuk pertama kalinya dari pendeta asing, Mr van Hoeven.

Sebelas tahun lamanya dia berpindah dari satu pesantren ke lainnya demi memperdalam ilmu agama. Awalnya, Syatori belajar di Pesantren Ranji Wetan, Jatiwangi, Majalengka, yang diasuh KH Anwar. Setelah satu tahun di sini, dia beranjak ke Pesantren Lontang Jaya, Leuwimunding, Majalengka, yang dipimpin KH Abdullah. Tujuannya untuk mengkaji ilmu qiraat dan tajwid.

Satu setengah tahun kemudian, atas saran KH Abdullah, Syatori melangkahkan kaki ke Pesantren Bobos, Cirebon, untuk berguru pada KH Sjujai. Di sinilah dia mulai mendalami kesusastraan dan bahasa Arab. Beberapa bulan di sana, Syatori pindah ke Pondok Pesantren Ciwedus, Kabupaten Kuningan, untuk belajar ilmu fiqih pada KH Ahmad Sobari.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement