Senin 26 Jul 2021 12:24 WIB

KH Abdul Manam, Ulama Besar dari Banyuwangi (II-Habis)

KH Abdul Manam mendirikan Pondok Pesantren Minhajut Thullab.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi: Santri belajar di pesantren.
Foto:

Mengetahui keadaan itu, Mbah Manan ikut bertindak. Ia mengumpulkan para santri dan masyarakat Banyuwangi. Lantas, ulama ini mendoakan kebaikan bagi mereka agar berani melawan kaum komunis yang jelas-jelas mengancam keselamatan umat.

Dikisahkan, Mbah Manan membacakan doa sembari mengusap sejumlah kayu rotan.Benda-benda tersebut lalu dipakai para santrinya sebagai senjata membela diri saat menghadapi keganasan simpatisan komunis.Ternyata, hanya dengan pukulan kayu rotan itu, orang-orang pemberontak ini tak berdaya

Akhirnya, kian banyak orang yang datang sambil membawa barang kesayangannya untuk didoakan oleh Manan, seperti cincin, sorban, peci, dan lain-lain. Kelebihan tersebut tentu bukanlah sesuatu yang didapat secara instan, melainkan buah dari riadat (riyadhah) yang menjadi kebiasaannya sejak muda.

Mbah Manan berpulang ke ramahatullah pada Jum'at 15 Syawal 1399 Hijriah atau bertepatan dengan 1979 Masehi. Jenazahnya dima kamkan di sekitar Pondok Pesantren Minhajut Thullab, Sumberberas, Muncar, Banyuwangi. 

 

Mbah Manan telah mewariskan pondok pesantrennya untuk bangsa Indonesia.Pesantren Mbah Manan tersebut telah berkembang luar biasa menjadi pesantren modern dan memiliki cabang hingga luar jawa.Para santrinya sampai saat ini juga rutin menggelar acara tahunan Haul Almaghfurlah KH Abdul Manan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement