IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengajak jajaran pengurus dan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali meluruskan arah dan langkah serta gerakan. Wapres yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu berharap jajaran MUI bisa mengevaluasi kembali tugasnya di Milad MUI ke-46.
"Saya ingin mengajak kita semua untuk kembali berusaha meluruskan berbagai hal, yang pertama harus kita luruskan arah, arah perkhidmatan kita, dan yang kedua meluruskan langkah dan gerakannya," ujar Wapres dalam sambutannya di Milad MUI ke-46 secara virtual, Senin (26/.
Kiai Ma'ruf menjelaskan, yang dimaksud kembali ke khittah atau pedoman arah perkhidmatan yakni MUI sebagai wadah para ulama dan cendekiawan adalah tugas pewaris para nabi. Karena itu, arah perkhidmatannya adalah khithah nabawiyah yaitu arah yang dilakukan oleh para nabi.
"Karena itu khitahnya adalah khithah islahiyah yaitu perbaikan di semua sektor. aqidatan, ibadatan, cara berpikir dan muamaliyatan, dan akhlakiyah dan ini arah khitah yang harus kita lakukan," ujar Kiai Ma'ruf.
Ia kembali mengingatkan, tugas para ulama di MUI bukanlah mencari kemuliaan, kekuasaan maupun mencari kemenangan. Sebab, itu semua bukan merupakan domain manusia, tetapi kekuasaan Allah SWT.
"Jadi arah kita tidak kepada arah itu. Karena itu arah kita itu tidak boleh bergeser, jangan kita mengambil domain yang bukan domain kita, kita harus kembali ke jalur ini, ke salurannya, ke arah yg benar," kata Kiai Ma'ruf.
Ia melanjutkan, jika arah sudah benar, maka yang harus diperhatikan adalah langkah. Karena itu, langkah yang ditempuh MUI juga harus benar.
"Langkah kita, harakah kita harus menopang terhadap terwujudnya, terimplementasikannya khitah itu, jangan sampai khitahnya ke sini, tapi harakahnya tidak sejalan, tidak searah. ini yang harus kita luruskan," ungkapnya.
Sebab, kata Ma'ruf, sesuatu yang benar jika tidak terorganisasi dan dikelola dengan baik maka akan dikalahkan dengan ketidakbaikan yang dikelola denhan baik. Ia mencontohkan derasnya arus informasi saat ini yang membuat kebenaran dan kebohongan menjadi satu.
Akibatnya, batas antara kebohongan dan kebenaran menjadi tidak jelas.
"Kalau kebenaran itu tidak terkelola dgn baik, ini bisa terkalahkan oleh batil. Karena itu langkah langkah kita harus kita lakukan dengan terstruktur, masif, benar-benar terencana dan juga hal penting untuk bisa benar itu harus terkoordinasi," ungkapnya.
Karenanya, peran MUI dibutuhkan agar bisa mengoordinasikan gerakan gerakan yang sesuai arah MUI.
"Di sini peran MUI sebagai imamat institusional untuk bisa mengkoordinasikan supaya gerakan daripada kita menjalankan khitah ini menjadi terkoordinasi dengan benar, sepanjang koordinasi ini tidak bisa kita lakukan maka apa yg akan kita capai belum tentu dapat maksimal," katanya.