IHRAM.CO.ID, MALANG -- Mencuci tangan dengan sabun termasuk salah satu perilaku dalam menjaga kebersihan. Hal ini terutama dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 melalui tangan.
Cuci Tangan pakai sabun (CTPS) merupakan salah satu indikator hasil dari strategi nasional STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Salah satu tempat yang harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan pada lingkungannya yaitu Pondok Pesantren. Pasalnya, tempat ini biasanya memiliki ratusan santri sehingga masalah kebersihan harus mempunyai perhatian khusus.
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Eko Prihatmaji menjelaskan, mayoritas warga di Ngantang, Kabupaten Malang merupakan peternak sapi. Susu pecah temasuk bagian dari hasil produksi sapi perah yang tidak diterima oleh KUD. "Hal ini dikarenakan susu pecah dinilai tidak memiliki kualitas yang standard seperti susu murni sehingga dinilai tidak layak dikonsumsi," jelas Eko.
Di sisi lain, wilayah Dampit di Kabupaten Malang mempunyai potensi yang tak kalah pentingnya. Yakni, perkebunan kakao yang menghasilkan limbah berupa kulit.
Melihat hal tersebut, Eko mencoba memberikan solusi dengan memberikan Program Pelatihan Pengolahan Susu Pecah dan Limbah Kulit Kakao sebagai Hand Soap di Pondok Pesantren Anwarul Huda (PPAH) Malang. Selain Eko, kegiatan ini juga diikuti mahasiswa UB lainnya seperti Firmansyah Budi Pratama. Kemudian mahasiswa Muhammad Izzul Atfhal, Chosiatun Nafingah dan Silvia Maulita.
Menurut Eko, program ini merupakan cara meningkatkan produktivitas santri dengan memperhatikan masalah di sekitar lingkungannya. Kegiatan ini juga bertujuan memberikan edukasi pentingnya kebersihan lingkungan di pondok pesantren.
Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan tim antara lain pemberian materi kebersihan dan kesehatan lingkungan. "Pelatihan ekstraksi kulit kakao dan pembuatan hand soap, pelatihan desain kemasan, dan pelatihan kewirausahaan," kata ketua tim ini.
Menurut Eko, pihaknya sengaja menggunakan susu pecah dan kulit kakao sebagai bahan tambahan pada sabun tangan karena termasuk limbah. Selain itu, keduanya mengandung senyawa yang bisa menangkal bakteri yang masuk ke dalam kulit. "Dan senyawa yang mampu melembutkan dan menenangkan kulit," ucapnya.
Selanjutnya, Eko dan tim akan melaksanakan pendampingan terhadap para santri PPAH. Mereka setidaknya harus mempuyai produk sabun sendiri yang nantinya dapat dijadikan peluang usaha. Kemudian tim juga berusaha menjadikan PPAH sebagai pesantren percontohan santri mandiri dan sadar kebersihan lingkungan.
Santri PPAH Wari menilai, program yang dijalankan mahasiswa UB sangat menarik. Hal ini karena memberikan pengalaman serta ilmu baru dalam membuat sabun tangan. Apalagi bahan tambahan yang digunakan sangat bagus karena memanfaatkan limbah yang ada.