Selasa 27 Jul 2021 13:53 WIB

Syekh Yusuf Penggerak Perjuangan Dua Bangsa (II-Habis)

Perjuangannya terus dikenang dua bangsa sekaligus, Indonesia dan Afrika Selatan.

KH Ma
Foto:

Pada 2 April 1694, Syekh Yusuf dan para pengikutnya tiba di Afsel dengan menumpang kapal De Voetboeg. Mereka semua dalam keadaan di belenggu sejak meninggalkan Sri Lanka.

Catatan perjalanan penyair Taufiq Ismail yang pernah dimuat Republika pada April-Juni 1993 mengungkapkan besarnya peran ulama kelahiran Gowa itu dalam mengembangkan Islam. Bahkan, masyarakat setempat sampai saat ini menghormatinya sebagai pahlawan. 

Rombongan tahanan Syekh Yusuf berada di wilayah Zandfliet, dekat False Bay. Kendati mengalami isolasi, penduduk setempat masih dapat menerima pengajaran darinya sehingga dakwah Islam menyebar dari kampung ke kampung.

Afsel saat itu merupakan daerah yang dihuni banyak buruh kerja paksa yang didatangkan untuk membangun koloni-koloni Belanda. Sebagian dari mereka tertarik pada ajaran Islam, alih-alih kristenisasi yang gencar dilakukan Barat.

Taufiq mengutip data dari tesis Suleman Essop Dangor (1981) bahwa Syekh Yusuf telah menulis sekurang-kurangnya 15 buku dalam bahasa Arab, Bugis, dan Melayu. Banyak karyanya yang sampai hari ini masih tersimpan di perpustakaan Leiden, Belanda.

Kegemarannya menulis kitab-kitab sudah ditekuninya sejak masih menjabat mufti di Banten hingga berstatus tahanan politik di pengasingan, baik Batavia, Sri Lanka, maupun Afsel.

Syekh Yusuf berpulang ke rahmatullah pada 23 Mei 1699 atau lima tahun setelah penahanan di Zandfliet. Jenazah almarhum dikebumikan di Zandfliet, yang kini bernama Desa Macassar, Cape Town, Afsel.

Namun, Belanda kemudian menyetujui permintaan Sultan Gowa Abdul Jalil sehingga jasadnya di pindahkan ke Gowa. Penjemputan tiba pada 5 April 1705 dan sehari berikutnya pemakamannya dilakukan di Lakiung, Sulawesi Selatan.

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement