Rabu 28 Jul 2021 21:05 WIB

Jejak Perjuangan KH Noer Alie (I)

KH Noer Alie Dai Pejuang Kemerdekaan.

Menziarahi makam KH Noer Ali, di Pondok Pesantren Attaqwa Putri, Kampung Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Sabtu (17/4).
Foto:

Kesempatan baik pun datang. Saat berusia 20 tahun, Noer Alie bersama dengan KH Hasbullah pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji sekaligus meneruskan pembelajaran ilmu-ilmu agama. Mereka berangkat dengan budi baik Wat Siong yang bersedia meminjamkan uangnya.

Sebelum bertolak ke Makkah, keduanya dinasihati Guru Marzuqi, antara lain, agar menemui Syekh Ali al-Maliki. Baginya, sosok al-Maliki merupakan guru besar yang harus menjadi tempat para muridnya itu menimba ilmu.

Selama di Haramain, Noer Alie mempelajari banyak pengetahuan dari Syekh Ali al-Maliki, utamanya ilmu hadis. Selain ulama besar itu, Noer Alie juga menerima pengajaran dari banyak tokoh besar di sana.

Di antaranya adalah Syekh Umar Hamdan, pengajar Kutub as-Sittah; Syekh Ahmad Fatoni, ulama asal Thailand Selatan, yang mengajar Kitab Iqna tentang ilmu fikih; serta Syekh Muhammad Amin al-Quthbi yang menuntun Noer Alie pada kesusastraan dan tata bahasa Arab, ilmu logika, serta tauhid.

Selain tiga nama itu, ada pula Syekh Abdul Zalil untuk ilmu politik Islam dan Syekh Ibn al-Arabi yang mengasuh ilmu hadis serta 'ulum Alquran. Di luar fokusnya pada transmisi keilmuan, para ulama nusantara di Tanah Suci juga konsen pada persoalan kolonialisme yang masih mendera sebagian besar umat Islam, termasuk di Indonesia. KH Noer Alie pun tidak luput perhatiannya dari soal ini.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement