Kamis 29 Jul 2021 11:07 WIB

Kabah, Rumah Ibadah Pertama

Sebelum Kabah, belum ada sebuah rumah suci didirikan untuk menyembah Allah

Rep: Ali Yusuf/ Red: Esthi Maharani
Kabah di Masjidil Haram
Foto: Reuters
Kabah di Masjidil Haram

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Bakkah (Makkah) merupakan rumah pertama yang didirikan sebagai tempat ibadah. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 96.

"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam."

Prof Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) menyampaikan, ayat 96 ini menegaskan bahwa yang dahulu sekali didirikan untuk manusia beribadah kepada Allah Yang Maha Esa sebagai lambang Tauhid ialah yang di Bakkah (Kabah di Makkah).

"Bakkah adalah nama yang lain dari negeri Makkah," tulis Buya Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar.

Buya Hamka menjelaskan, antara huruf Ba dengan huruf Mim adalah berdekatan makhraj (tempat keluar) hurufnya, huruf bibir. Karena itu pada zaman dahulu di samping orang Arab menyebutkan Makkah ada pula yang menyebutnya Bakkah. Rumah itu ialah Ka'bah, yang disebut pula Bait-Allah (Rumah Allah).

"Nama itu bukan karena Allah bertempat di situ, melainkan karena didirikan semata-mata untuk menyembah Allah yang Tunggal. "Sebagai (rumah) yang diberiberkahi dan petunjuk bagi isi alam." (ujung ayat 96).

Di dalam ayat ini dijelaskan, bahwa rumah yang pertama sekali didirikan buat manusia menyembah Allah yang Satu, ialah Ka'bah itu. Artinya, sebelum Kabah belum ada sebuah rumah suci didirikan untuk menyembah Allah semata-mata.

Buya Hamka menyampaikan bahwa Nabi Besar yang terdahulu mulai dari Nabi Ibrahim, Nabi Nuh a.s. Maka Nabi Nuh belumlah sempat mendirikan sebuah rumah ibadat yang semata-mata untuk Allah. Dan Nabi Ibrahim pendiri Ka'bah, ialah nenek-moyang semua Nabidan Rasul, baik cabang Bani lsrail ataupun cabang Banilsmail.

Di dalam suatu Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, Ka'bah telah dibuat dasarnya oleh Malaikat sebelum lagi Adam dijadikan. Dan 40 tahun sesudah itu dibuat pula dasar Baitul-Maqdis.

"Adapun keterangan Hadis ini tidak mustahil bagi akal kita, karena urusan itu adalah urusan yang ghaib, yang hanya dikatakan oleh Rasulullah s.a.w. menurut tuntunan llahi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement