IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Ilmuwan Muslim banyak menyumbang dan berkontribusi pada aspek ilmu pengetahuan, salah satunya dalam bidang astronomi. Hal tersebut terlihat pada masa kejayaan Islam. Hasil perkembangan ilmu matematika tingkat lanjut berkembang dalam bidang astronomi.
Rumus dan metode yang dikembangkan oleh matematikawan Muslim menjadi dasar untuk penelitian perbintangan. Bahkan dalam Alquran banyak yang menyinggung tentang benda langit dan pergerakannya. Misalnya, Allah berfirman dalam surat Yasin ayat 40:
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
“Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Karena penjelasan dari Alquran inilah yang mendorong motivasi para astronom Muslim untuk mengembangkan ilmu bidang ini. Firas al-Khateeb menjelaskan dalam bukunya berjudul Sejarah Islam yang Hilang, orang Islam adalah yang pertama kali memisahkan ilmu astronomi dari tebakan dan mitos astrologi.
Di bawah perlindungan al-Ma’mun dan Rumah Hikmah, para astronom dikumpulkan untuk mempelajari teori kuno Ptolomeus yang karyanya dianggap sebagai kunci utama dalam astronomi hingga masa Islam. Aspek kunci gagasan Ptolomeus adalah geosentrisme alam semesta, Bumi diam, dan semua benda langit yang bergerak mengelilinginya.
Teori Bumi diam ini mulai dipertanyakan saat astronom Muslim menyadari perhitungan Ptolomeus soal gerakan planet dan bintang itu cacat dan perlu dikoreksi. Saat banyak orang yang berusaha menciptakan rumus yang lebih akurat, sebagian mulai mempertanyakan ide Ptolomeus secara keseluruhan. Pada abad kesebelas, Ilmuwan al-Biruni menyatakan Ptolomeus tidak pernah dengan ilmiah membuktikan Bumi tidak bergerak bahkan mungkin Bumi berputar di sumbunya.
Menurut al-Biruni, hal ini akan menjelaskan alasan perhitungan Ptolomeus meleset karena tidak memperhitungkan gerakan Bumi. Meskipun tidak pernah diterima penuh oleh astronom Muslim karena kurangnya bukti yang meyakinkan, teori rotasi Bumi menjadi perdebatan di antara para cendekiawan dunia Islam. Perdebatan ini menyebar hingga Eropa terutama lewat terjemahan Latin dari karya al-Majriti, cendekiawan Andalusia yang berfokus pada upaya merevisi dan menyempurnakan tabel dan perhitungan astronomis.
Setelah kematian al-Majriti, kaum terpelajar dari seluruh Eropa berpergian ke negara Muslim di Iberia untuk mempelajari karyanya. Akhirnya saat gagasan astronomi Muslim menyebar ke seluruh benua dan ilmuwan lain seperti Kopernikus dan Galileo mengembangkan teori tersebut.