Rabu 04 Aug 2021 20:44 WIB

KH Raden Muhammad Amin, Pejuang dari Kalibata (II-Habis)

Guru Amin Kalibata tidak hanya pandai dalam urusan ilmu-ilmu agama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Bagian depan Masjid Guru Amin, Kalibata, Jakarta Selatan.
Foto:

Maka, tokoh itu mengundang seluruh masyarakat setempat untuk menghadiri pengajian di mushala itu. Harapannya, mereka dapat bertemul langsung dengan pengelana yang kerap mengoreksi bacaan itu.

Sementara itu, Guru Amin dalam perjalanannya ke Bekasi akhirnya memilih bermalam di mushala itu. Seperti biasa, keesokan harinya saat pengajian digelar, ia kembali mengoreksi kalimat-kalimat yang keliru dari ustaz tersebut.

Akhirnya, para tokoh masyarakat setempat menyadari, Guru Amin lebih pandai daripada sang ustaz. Mereka lantas mempersilahkannya untuk ikut membantu mengajar. Belakangan, diketahui bahwa salah satu di antara tetua itu adalah mertua sahabatnya, KH Noer Ali, sang pejuang dari Bekasi.

Sejak kejadian itu, setiap Guru Amin pergi ke Bekasi untuk membeli material, ia selalu menginap dan mengajar di mushala tersebut. Tidak hanya itu. Pada akhirnya, banyak juga masyarakat dari Bekasi, Cikampek, Cikunir dan Cabangbungin yang kemudian menjadi santri Guru Amin di Unwanul Huda 

Sampai akhir hayatnya, Guru Amin terus mendidik masyarakat Indonesia berdasarkan ajaran Islam. Dia juga telah mempertaruhkan nyawanya untuk melawan penjajah Belanda. Karena itu, setelah wafat namanya sempat diusulkan untuk dijadikan nama jalan di daerah Kalibata.

 

Usulan itu disampaikan oleh seorang anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) Bidang Pendidikan dan Nama-Nama Jalan Pemda DKI Jakarta, MCH Ibrahim. Namun, pihak keluarga dan keturunannya menolak dengan halus. Sebab, bagi mereka Guru Amin berjuang untuk negeri secara ikhlas. Tidak perlu kiranya namanya dijadikan nama suatu jalan di Ibu Kota. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement