Rabu 04 Aug 2021 23:21 WIB

Mbah Manab Lirboyo Didik Santri-Santri Pejuang (I)

Mbah Manab mendirikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah santri antre memasuki bilik disinfektan di area Pondok Pesantren (ponpes) Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Sedikitnya 2
Foto:

Pada usia 40 tahun bahkan Mbah Manab masih meneruskan pencarian ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH Hasyim Asy'ari. Hingga, pada akhirnya pendiri NU tersebut menjodohkan Mbah Manab dengan putri Kiai Sholeh dari Banjarmelati Kediri pada 1908 Masehi.

Mbah Manab menikah dengan Siti Khodijah Binti KH Sholeh yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian, beliau bersama istri tercintanya hijrah ke tempat baru, di sebuah desa yang bernama Lirboyo pada 1910 Masehi.

Perpindahan Mbah Manab ke Desa Lirboyo dilatarbelakangi dorongan mertuanya. Mereka berharap, dengan menetapnya Mbah Manab di Lirboyo akan menjadi tonggak penting syiar Islam di daerah itu. Di desa inilah kemudian dia mendirikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo.

Tahun demi tahun, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin dibanjiri santri. Setelah pesantren berkembang, banyak santri-santrinya yang menjadi ulama besar. Di antaranya adalah KH Marzuqi Dahlan dan KH Mahrus Aly. Kedua ulama ini juga merupakan menantu Mbah Manab yang kemudian membantu mengembangkan Pesantren Lirboyo.

Mbah Manab, KH Marzuqi Dahlan, dan KH Mahrus Aly merupakan tiga tokoh penting Pondok Pesantren Lirboyo. Bio grafi ketiganya diceritakan dalam buku berjudul Tiga Tokoh Lirboyo yang diterbitkan Jausan Lirboyo pada Juli 2010.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement