Aksi itu membuat Belanda kerepotan. Karena, konon Syekh Yusuf tidak mempan ditembak, tidak mempan diledakkan dengan bom, bahkan bisa menghilang dari sergapan dan kepungan Belanda. Setelah itu, perjuangan Syekh Yusuf terus dilanjutkan hingga kemerdekaan.
"Setelah sukses membumi hanguskan pasukan Belanda di Lapangan Banteng, lalu beliau ke Depok dengan pasukan Hizbullah untuk membumihanguskan karesidenan Depok,"kata Fachruddin
Saat Republika berziarah ke makam Syekh Yusuf di Depok, di batu nisannya tertulis kelahirannya, yakni pada 1971. Namun, menurut Fachruddin, sebenarnya Syekh Yusuf lahir pada 1857.
Sebagai seorang wali, dalam hidupnya Syekh Yusuf selalu berpuasa sunah setiap Senin dan Kamis, dan dia tidak pernah meninggalkan shalat tahajud. Ucapannya selalu mengandung petuahpetuah dan nasihat-nasihat yang berguna bagi dunia dan akhirat.
Selain itu, Syekh Yusuf juga dikenal sangat dermawan. Dia selalu tidak menolak bila ada orang yang meminta tolong kepadanya baik berupa doa agar hajatnya berhasil, ataupun permintaan materi. Banyak juga masyarakat yang menyantri pada dirinya untuk belajar agama selain belajar ilmu silat.