Rumah-rumah di Kampong Ayer masih tetap mempertahankan gaya Melayu, dengan cungkup atap yang sedikit melengkung, ruang tamu dan kamar-kamar yang besar. Yang membedakan dengan rumah Melayu di daerah lainnya adalah rumah-rumah di Kampong Ayer tidak memiliki halaman.
Rumah Uncle misalnya dihuni oleh beberapa keluarga, di ruang tamunya terdapat foto besar Sultan Hassanal Bolkiah dan ratu, ruang tamu juga berfungsi sebagai ruang keluarga, setelah itu di bagian belakang barulah ada kamar-kamar, dapur ,dan kamar mandi.
Terdapat masjid besar yang berada di tepian Kampong Ayer. Masjid inilah yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di sini. Menurut Uncle Sultan Bolkiah sering mendadak berkunjung ke masjid ini dan menyapa para penduduk Kampong Ayer.
Di bagian tengah Kampong Ayer terdapat bangunan memanjang yang berukuran besar, bangunan paling besar yang ada di sini. Saya kira awalnya adalah balai pertemuan atau aula untuk kegiatan. Namun Uncle menjelaskan, "Inilah madrasah, paling besar di Kampong Ayer."
Penduduk Kampong Ayer dulunya mayoritas berprofesi sebagai nelayan, kini sisa-sisa tradisi sebagai nelayan masih ada. Di sepanjang jembatan ada saja penduduk yang memancing ikan dengan joran panjang dan ember kecil berisi umpan. Beberapa penduduk Kampong Ayer lainnya menggunakan perahu motor untuk mencari ikan jauh dari Kampong Ayer. Jika tangkapannya sudah dianggap cukup, mereka akan merapat ke daratan Bandar Seri Begawan dan menjualnya di pasar.