IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi Ramdhan, menyampaikan, seorang khatib sholat Jumat diharap mengerti keadaan para jamaahnya. Di kota-kota besar, yang jamaahnya adalah para pekerja, memang sebaiknya khutbah Jumat maksimal 15 menit.
"Khutbahnya gak usah panjang-panjang. Tetapi memang kadang-kadang yang (khutbahnya) gak fokus dan ke mana-mana. Itu yang jadi problem sebenarnya. Makanya saya sepakat itu. 15 menit sudah termasuk sholat Jumat terutama untuk kota-kota besar," tuturnya kepada Republika.co.id, Senin (2/8).
Kiai Mahbub menjelaskan, jamaah sholat Jumat di kota-kota besar, di Jakarta misalnya, biasanya adalah pekerja kantoran yang perlu makan siang dalam waktu istirahat siang yang terbatas. Jika khutbah Jumatnya terlalu panjang, maka waktu istirahatnya pun berkurang.
"Kita juga harus melihat situasi dan kondisi jamaah kita terutama di kota-kota besar. Kelamaan juga nggak bagus, terlalu cepat juga nggak bagus. Sedang-sedang saja, 15 menit sudah sama sholat itu sudah cukup," tuturnya.
Dalil yang disampaikan khatib Jumat, menurut Kiai Mahbub, pun cukup satu ayat Alquran atau satu hadits. Dia menilai, tidak perlu banyak dalil yang disampaikan karena justru dengan begitu orang-orang yang mendengarnya lebih dapat memahami.
"Daripada panjang lebar ke mana-mana, jadi pusing orang itu. Ini penting menurutku. Melihat jamaah kita itu juga penting terutama di kota-kota besar. Saya sendiri kalau khutbah itu paling 9 menit atau 10 menit. Nggak harus lama-lama," ucapnya.
Di wilayah perdesaan pun, lanjut Kiai Mahbub, khutbah dan sholat Jumat biasanya dilakukan dalam durasi yang lebih pendek ketimbang di kota-kota besar. Ini karena tokoh agama atau kiai setempat memahami keadaan warga setempat.
"Ada yang lagi jemur baju, jemur padi. Kiai tahu situasi dan kondisi, kan nggak semua jamaah itu sama, ada yang punya kepentingan ini dan itu, diakomodir," ujarnya.
Kiai Mahbub menjelaskan, rukun-rukun khutbah sholat Jumat di antaranya memuji Allah SWT, sholawat Nabi Muhammad SAW, menyampaikan wasiat takwa, membaca ayat suci Alquran, dan berdoa. "Selama rukun khutbah yang lima ini ada, itu sudah cukup. Jadi tidak perlu panjang-panjang," ujarnya.