Senin 09 Aug 2021 05:15 WIB

Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali

Struktur asli masjid ini diyakini telah dibangun sekitar abad ke-13.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali. Masjid Agung Djenne di Mali. Masjid bersejarah ini terbuat dari lumpur.
Foto:

Festival tahunan itu dikenal dengan nama 'Crepissage de La Grand Mosquee' atau bermakna plesteran. Dalam tradisi ini, penduduk Djenne bekerja sama memperbaiki atau melakukan pelapisan ulang Masjid Raya Djenne. Masjid ini dibangun dengan struktur dinding lumpur tanah yang dilapisi dengan plester batu bata.  

Karena hanya menggunakan lumpur sebagai pelapisnya, kondisi masjid ini kerap menurun dari waktu ke waktu. Karena itulah, masyarakat Muslim setempat berinisiatif memperbaiki masjid ini setahun sekali dengan lumpur melalui tradisi Crepissage tersebut.

Masjid Raya Djenne adalah sebuah contoh bangunan megah dari arsitektur Sudano-Sahelian. Struktur asli masjid ini diyakini telah dibangun sekitar abad ke-13, ketika Raja Koi Konboro, penguasa ke-26 Djenne dan sultan Muslim pertamanya, memutuskan membangun tempat ibadah Muslim di kota ini menggunakan bahan bangunan lokal.

Namun, masjid raya Djenne telah dibangun kembali setidaknya dua kali sejak itu, yakni pada 1220 dan 1907. Struktur masjid saat ini telah berusia sekitar satu abad.

Penyekatan alami yang disediakan oleh penggunaan lumpur dan tanah liat pada bangunan masjid ini membuatnya tetap sejuk di dalam bahkan selama hari-hari musim panas yang terik. Aula masjid yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO tersebut menjulang setinggi hampir 20 meter.

Masjid Raya Djenne dilengkapi dengan tiga menara yang khas dan ratusan batang pohon palem yang disebut 'toron' yang menancap dan menonjol dari fasadnya. Toron tersebut berguna untuk menopang dan membuat plesteran ulang lebih mudah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement