Selasa 10 Aug 2021 12:08 WIB

Pertikaian Anak karena Jilbab di Newcastle Diselidiki

Perselisihan dimulai ketika anak itu disuruh melepas jilbabnya karena dilarang aturan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Siswa-siswa Muslim di sebuah sekolah dasar di Inggris
Foto: Corbis
Siswa-siswa Muslim di sebuah sekolah dasar di Inggris

IHRAM.CO.ID, NEWCASTLE – Sekolah dasar Katolik di Newcastle, Inggris menghubungi Prevent, pihak berwenang yang mengurus aksi teror setelah pertikaian yang melibat anak berusia enam tahun. Dia mulai mengenakan jilbab dan diduga menolak bersalaman dengan anak-anak Kristen.

Pihak sekolah telah berbincang dengan Prevent tentang cara menangani orang tua anak tersebut. Menurut Sunday Times, anak itu mulai mengenakan jilbab setelah kembali ke Inggris pada September dari Sudan.

Perselisihan dimulai ketika anak itu disuruh melepas jilbabnya karena dilarang dalam aturan seragam sekolah. Ketegangan meningkat saat sang ibu yang berusia 36 tahun mengeluh tentang insiden tersebut.

Sang ibu yang enggan disebut namanya mengatakan putrinya kesal lantaran dia tidak merasa disayangi setelah kejadian itu. “Mereka tidak menyukai saya karena jilbab yang saya kenakan,” kata anak itu kepada ibunya.

Dikutip Middle East Monitor, Selasa (10/8), setelah kejadian itu, anak tersebut memutuskan hanya bersalaman dengan anak-anak Muslim di sekolahnya. Sang ibu menjelaskan putrinya secara sukarela yang meminta untuk mengenakan jilbab. Namun, setelah kejadian itu, ia melepas jilbabnya.

Dalam sebuah pernyataan kepada Sunday Times, pihak sekolah mengklaim perbincangan dengan Prevent bukan membahas jilbab anak tersebut melainkan berdiskusi untuk mencari cara menangani ibunya.

“Kami mencari saran dari program Prevent tapi itu tidak terkait dengan jilbab,” kata pihak sekolah.

Januari lalu, sebuah penyelidikan oleh gubernur sekolah mendukung keputusan stafnya untuk menghubungi Prevent karena anak itu mengancam dan berusaha melemahkan otoritas kepala sekolah.

“Staf mungkin lalai mengingat ibu dan anak itu telah menghabiskan beberapa bulan di Sudan selama pandemi Covid-19,” kata penyelidikan tersebut. Menanggapi itu, sang ibu menyebut dia telah mengalami hipertensi karena insiden itu dan menegaskan bahwa keluarganya merupakan orang-orang yang cinta damai.

Di bawah Undang-Undang Kontra-Terorisme dan Keamanan Tahun 2015, badan publik di Inggris, termasuk sekolah, wajib memantau dan melaporkan ke Prevent setiap individu yang berisiko menjadi radikal. Akan tetapi program Prevent telah banyak dikritik oleh serikat pekerja pengajaran dan pekerja karena menargetkan komunitas Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement