IHRAM.CO.ID, LONDON -- Jihadis Inggris dilaporkan telah menyusup ke Afghanistan untuk bergabung dengan kelompok Taliban, di tengah meningkatnya serangan. The Sun mengutip seorang pejabat intelijen militer senior melaporkan, intelijen Inggris telah menyadap sebuah panggilan telepon dari kelompok teroris yang berbicara dengan aksen Inggris.
"Kami telah melakukan penyadapan terhadap dua pria Inggris, mungkin di bawah 30 tahun, berbicara secara terbuka di ponsel mereka. Salah satunya memiliki aksen London, yang bisa Anda sebut sebagai aksen jalanan," kata sumber itu, dilansir Sputnik News, Jumat (13/8).
Intelijen intermiten menunjukkan bahwa pria Inggris telah mengangkat senjata melawan pemerintah Afghanistan. Taliban mulai gencar melakukan serangan sejak pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO mulai meninggalkan Afghanistan pada Mei lalu.
"Kami tidak tahu siapa mereka. Sulit untuk melacak nomornya," ujar petugas keamanan.
Jihadis Inggris diyakini telah melakukan perjalanan ke Afghanistan melalui daerah suku Pakistan untuk mencapai garis depan. Mantan pemimpin pasukan Inggris di Afghanistan, Richard Kemp, mengatakan, banyak jihadis Inggris dan jihadia asing lainnya melakukan perjalanan ke Afghanistan.
“Banyak jihadis Inggris dan asing lainnya melakukan perjalanan ke Afghanistan sebelum dan setelah insiden 9/11 untuk berperang di sana, dalam banyak kasus mereka melatih, mengatur dan kemudian melakukan perjalanan ke tempat lain untuk berjihad,” ujar Kemp.
Pada Kamis (12/8) Taliban telah merebut dua kota terbesar Afghanistan yaitu Kandahar dan Herat. Taliban juga telah menguasai Ghazni, yang terletak sekitar 150 kilometer dari Kabul.
“Semakin banyak keuntungan yang diperoleh Taliban, semakin akan mendorong para jihadis untuk melakukan serangan di negara mereka dan juga menuju Afghanistan,” kata Kemp.
"Jika negara (Afghanistan) atau sebagian besar secara permanen dikendalikan oleh Taliban, maka itu (Afghanistan) akan kembali menjadi tempat yang aman bagi teroris seperti sebelum 9/11. Kami berada di ambang ancaman dari ISIS pada puncaknya," ujar Kemp menambahkan.
Pemerintah Inggris mengatakan bahwa, pejuang Taliban Inggris akan menimbulkan risiko keamanan nasional yang sangat serius. Amerika Serikat dan Inggris akan mengirim pasukan untuk membantu mengevakuasi staf kedutaan di Afghanistan.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan, keamanan warga negara Inggris, personel militer dan mantan staf Afghanistan adalah prioritas pertama pemerintah. Dia menggarisbawahi bahwa sangat penting untuk melakukan segala upaya untuk memastikan keselamatan mereka. Kementerian Pertahanan (MoD) mengerahkan sekitar 600 tentara Inggris ke Afghanistan, karena meningkatnya kekerasan dan memburuknya keamanan.
Kementerian Pertahanan mengatakan, Duta Besar Inggris Sir Laurie Bristow akan tetap berada di Afghanistan dengan tim kecil. Mereka akan dipindahkan ke lokasi yang lebih aman di Kabul. Kedutaan Inggris juga dilaporkan akan membantu Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan, yang mendukung relokasi mantan staf Afghanistan dan keluarga mereka ke Inggris.