Rabu 18 Aug 2021 09:53 WIB

Taliban Sebut Ingin Perdamaian, Hormati Hak-hak Perempuan

Wakil Presiden Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh, tidak akan tundukTaliban

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Subarkah
Taliban kuasai Istana Presiden Afghanistan di Kabul.
Foto: Google.com
Taliban kuasai Istana Presiden Afghanistan di Kabul.

IHRAM.CO.ID,KABUL -- Kelompok Taliban mengadakan konferensi pers resmi pertama mereka setelah merebut kota, Kabul, Selasa (17/8). Mereka menyatakan menginginkan hubungan damai dengan negara lain dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam.

"Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal. Perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar, serta sangat aktif dalam masyarakat, tetapi masih dalam kerangka Islam," kata juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, dikutip di Shafaq News, Rabu (18/8).

Taliban juga menyebut tidak akan mencari pembalasan terhadap mantan tentara maupun anggota pemerintah yang didukung Barat. Amnesti akan diberikan bagi mantan tentara pemerintah Afghanistan, serta kontraktor dan penerjemah yang bekerja untuk pasukan internasional.

"Tidak ada yang akan menyakiti Anda, tidak ada yang akan mengetuk pintu Anda," katanya.

Ia juga menyebut media swasta bisa terus bebas dan independen di Afghanistan. Taliban berkomitmen pada media dalam kerangka budayanya.

Nada damai yang disampaikan Mujahid sangat kontras dengan komentar Wakil Presiden Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh. Ia menyatakan dirinya sebagai "presiden sementara yang sah" dan bersumpah tidak akan tunduk pada penguasa baru Kabul.

Konferensi pers oleh Taliban ini dilakukan ketika Amerika Serikat dan sekutu Barat mengevakuasi diplomat dan warga sipil, sehari setelah adegan kekacauan di bandara Kabul. Kala itu, warga Afghanistan yang putus asa dalam upaya melarikan diri dari Taliban terlihat memadati terminal keberangkatan.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan Taliban harus mengizinkan semua orang yang ingin meninggalkan negara itu untuk pergi. Ia menambahkan tujuan NATO adalah membantu membangun negara yang layak di Afghanistan.

Ada kritik luas terhadap penarikan pasukan AS di tengah adegan kacau di bandara Kabul. Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, mengatakan, "Gambaran keputusasaan di bandara Kabul mempermalukan politik Barat".

Di bawah pakta penarikan pasukan AS yang dibuat tahun lalu, Taliban setuju untuk tidak menyerang pasukan asing saat mereka pergi. Penerbangan militer AS yang mengevakuasi diplomat dan warga sipil dari Afghanistan, dimulai kembali pada Selasa, setelah landasan pacu di bandara Kabul dibersihkan dari ribuan orang yang putus asa untuk melarikan diri.

Pasukan AS mengambil alih bandara, satu-satunya cara mereka untuk terbang keluar dari Afghanistan, Ahad (15/8). Kala itu, para militan mengambil alih Kabul tanpa perlawanan, 20 tahun setelah mereka digulingkan oleh invasi pimpinan AS.

Seorang pejabat keamanan Barat di bandara, menyebut jumlah warga sipil telah menipis. Pasukan AS bahkan disebut melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan kerumunan dan orang-orang berpegangan pada sebuah pesawat angkut militer AS, yang sedang meluncur untuk lepas landas.

Seorang diplomat di bandara menyatakan setidaknya 12 penerbangan militer telah lepas landas. Pesawat-pesawat lain akan tiba dari negara-negara luar, termasuk Australia dan Polandia, untuk menjemput warga negara mereka dan rekan-rekan Afghanistan.

Presiden Joe Biden mengatakan dia harus memutuskan antara meminta pasukan AS untuk berperang tanpa henti, atau menindaklanjuti perjanjian penarikan yang dinegosiasikan oleh pendahulunya, Donald Trump dari Partai Republik.

"Saya berdiri tegak di belakang keputusan saya. Setelah 20 tahun, saya belajar tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS," kata dia.

Terhadap kritik yang juga datang dari diplomatnya sendiri, dia lantas menyalahkan pengambilalihan Taliban pada para pemimpin politik Afghanistan, yang diketahui melarikan diri dan keengganan tentaranya untuk berperang.  

https://shafaq.com/en/World/Taliban-say-they-want-peace-will-respect-women-s-rights-under-Islamic-law

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement