IHRAM.CO.ID, GENEVA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Selasa pihaknya khawatir dengan keselamatan ribuan warga Afghanistan yang telah bekerja untuk hak asasi manusia di Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami sangat prihatin dengan keselamatan ribuan warga Afghanistan yang telah bekerja untuk mempromosikan hak asasi manusia di seluruh negeri dan telah membantu meningkatkan kehidupan jutaan orang,” kata Juru Bicara Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR), Rupert Colville.
Pernyataan ini datang setelah reaksinya melihat pemandangan yang dinilai putus asa di bandara Kabul dalam beberapa hari terakhir. Menurut dia, situasi tersebut sudah masuk dalam keadaan darurat setelah Taliban berhasil menguasai Afghanistan.
“Untungnya, ibu kota dan kota-kota besar terakhir lainnya yang akan direbut, seperti Jalalabad dan Mazar-e-Sharif tidak mengalami pertempuran berkepanjangan, pertumpahan darah, atau penghancuran,” ujar dia.
Namun, ada ketakutan mendalam di sebagian besar penduduk yang dapat dimengerti mengingat sejarahnya. Dalam beberapa hari pihak Taliban mengeluarkan beberapa pernyataan, termasuk menjanjikan amnesti bagi mereka yang bekerja untuk pemerintah sebelumnya.
Colville menyebut Taliban berjanji akan mengizinkan perempuan bekerja dan mengenyam pendidikan. Untuk saat ini, deretan janji tersebut perlu dihormati dan dapat dimengerti mengingat sejarah masa lalu ketika deklarasi disambut skeptis.
“Janji-janji telah dibuat dan apakah mereka akan melanggarnya? Ini harus diteliti dengan cermat,” ucap dia.
Ada banyak kemajuan yang dicapai dalam dalam hak asasi manusia di Afghanistan selama dua dekade terakhir dan sangat penting semua hak warga Afghanistan dipertahankan.
Dilansir Anadolu Agency, Rabu (18/8), Colville mendesak masyarakat internasional untuk memberikan semua kemungkinan dukungan kepada mereka yang mungkin berisiko. Juru Bicara Layanan Informasi PBB, Rheal LeBlanc, mengatakan ada 3.700 personel PBB yang ditempatkan di Afghanistan.
“Sekitar 700 dari mereka adalah karyawan internasional di Afghanistan, 300 di antaranya masih berada di dalam negeri, dan 400 lainnya telah bekerja dari jarak jauh karena pandemi Covid-19. Selain itu, ada sekitar 3.000 pekerja lokal PBB di Afghanistan” kata dia.