IHRAM.CO.ID, RIYADH — Menteri Lingkungan Hidup, Air, dan Pertanian Arab Saudi Abdul Rahman Al-Fadhli mengungkapkan bahwa tingkat kerugian akibat makanan dan limbah di negara itu mencapai lebih dari 33 persen dari total makanan. Sementara itu, biaya limbah makanan mencapai 40 miliar Saudi Riyal (SR) atau sekitar Rp 154.259.317.480 dalam setahun.
Menurut Al-Fadhli, penting untuk mengamankan mekanisme yang sangat efektif untuk menurunkan jumlah limbah makanan. Hal ini dapat dicapai dengan setiap orang yang perlu menjaga keseimbangan pembelian makanan, termasuk dengan mengingat nilai makanan dan larangan membuang.
“Selain itu, harus ada peningkatan kesadaran antara produsen dan konsumen untuk mengurangi dampak sampah terhadap kesehatan serta lingkungan dan ekonomi,” ujar Al-Fadhli, dilansir Saudi Gazette, Jumat (20/8).
Al-Fadhli mengatakan kampanye kesadaran akan berkontribusi untuk mencapai tujuan negara dalam memanfaatkan sumber daya pertanian dan pangan secara efektif. Langkah ini juga dapat menjaga pencapaian yang dibuat di bidang ketahanan pangan.
Sementara itu, Gubernur untuk Organisasi Biji-bijian Saudi (SAGO), Ahmed Al-Faris menandatangani kontrak pada Rabu (18/8) lalu, untuk melakukan kampanye kesadaran menurunkan pemborosan makanan dengan perusahaan yang berspesialisasi dalam bidang tersebut. Kampanye ini adalah bagian dari Kampanye Nasional Inisiatif Transformasi di bawah Visi Kerajaan Arab Saudi 2030.
Al-Faris menyatakan bahwa pencapaian penurunan tingkat kehilangan dan pemborosan pangan dilakukan melalui berbagai cara. Termasuk diantaranya adalah kampanye penyadaran dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat.
Ini adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan program, yang ditujukan untuk mengurangi kehilangan dan pemborosan makanan. Selain itu, ini dimaksud untuk investasi sumber daya yang optimal dan mengurangi beban keuangan individu dan masyarakat.
“SAGO ingin berpartisipasi aktif dalam melestarikan perekonomian bangsa melalui pengelolaan file ini, dan hubungan langsungnya dengan komoditas pangan yang vital,” jelas Al-Faris.