IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Dalam surah Al-Baqarah ayat 128 Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT agar dia diajarkan cara-cara manasik haji. Nabi Ibrahim berdoa agar Allah SWT mengajarinya manasik haji karena memang haji disyariatkan pertama pada dirinya dan dilanjutkan oleh anak keturunannya, sampai kepada nabi Muhammad SAW.
"..Tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Prof Quraish Shihab dalam tafsinya Al-Misbah mengatakan, ibadah haji adalah badah murni (mahdhah) secara umum dan ibadah haji khususnya, adalah aktivitas pendekatan diri kepada Allah SWT.
"Ibadah ini ditentukan langsung waktu, kadar, dan caranya oleh Allah SWT dan disampaikan oleh Rasul-Nya," tulis Prof Quraish Shihab.
Prof Quraish Shihab memastikan tidak ada peranan akal dalam hal ibadah itu, kecuali mencari hikmahnya. Kalau hikmah itu ditemukan, kita harus bersyukur. Kalau tidak, ia tetap harus dilaksanakan sesuai petunjuk yang diterima itu.
Nabi Ibrahim memohon agar ditunjukkan cara-cara dan tempat ibadah haji, serta ibadah- lbadah lainnya, dan Allah mengabulkan doa beliau. Dalam konteks itu juga, Rasul SAW bersabda tentang haji.
"Ambillah melalui aku manasik kalian. Artinya tata cara, waktu, dan tempat-tempat melaksanakan ibadah haji," katanya.
Setelah bermohon untuk ditunjukkan manasik, Nabi Ibrahim melanjutkan doa beliau:
"Dan terimalah taubat kami atau ilhami jiwa kami dengan kesadaran akan kesalahan, penyesalan, dan tekad untuk tidak mengulangi dosa dan kesalahan kami."
Perhatikan! kata Prof Quraish Shihab bagaimana Nabi suci itu memohon taubat setelah memohon ditunjukkan cara-cara beribadah. Dan memang, demikianlah sewajarnya.
"Walaupun ibadah telah dilaksanakan, namun taubat masih harus terus dimohonkan," katanya.
Karena siapa tahu ibadah tersebut tidak sempurna rukun dan syaratnya, bahkan boleh jadi, la disertai nya’ dan pamrih. Bukan hanya taubat yang beliau mohonkan, tetapi juga rahmat-Nya. Lihadah bagaimana beliau mengakhiri permohonan beliau di sini, dengan menyatakan.
"Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi, atau Penerima taubat. Ya Allah, Engkau berulang-ulang memberi dan mengilhami manusia kesadaran untuk bertaubat, kemudian menerima taubat mereka setelah kesadaran tersebut mereka buktikan dengan penyesalan, serta permohonafi ampun, yang disertai dengan tekad untuk tidak mengulangi kesalahan."
Sifat Allah, Maha Penerima taubat atau Pemberi taubat, dirangkaikan oleh Nabi Ibrahim dengan sifat Maha Pengasih, sehingga akhir doa beliau yang diucapkan di sini bermakna.
"Terimalah taubat kami dan rahmatilah kami, karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."