IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Haji merupakan ibadah pokok bagi para nabi. Tata cara pelaksanaan Haji antara satu nabi dengan nabi lainnya terdapat perbedaan.
Dr. M. Shaleh Putuhena dalam bukunya "Historiografi Haji Indonesia" menuliskan, perbedaan ini disebabkan oleh keberagaman kondisi umat manusia dan lingkungan yang ada di sekitar nabi yang satu dengan yang lainnya.
"Kondisi dan lingkungan secara alami sesuai dengan sunnatullah, berkembang secara evolusi kearah kesempurnaan," tulis Dr.M Shaleh Putuhena.
Agama yang berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia dapat mengantisipasi perkembangan zaman melalui penyesuaian syariat agama yang di bawa oleh seorang nabi.
"Dengan demikian, syariat agama seorang nabi dapat berbeda dengan nabi lainnya. Sementara aqidah tidak mengalami perbedaan," katanya.
Menurut Islam, aqidah pada semua agama samawi adalah sama yaitu tauhid percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada masa Nabi Adam, pelaksanaan ibadah haji masih sangat sederhana
Menurut Abu Hurairah yang diperkuat oleh Muhammad bin Al-Munkadir dan Ibn Abu Ubaid Al-Madani, Adam melaksanakan ibadah haji setelah selesai membangun Ka'bah. Ketika itu Nabi Adam dibimbing oleh malaikat baik tentang cara pelaksanaan ibadah haji maupun ucapan doanya.
"Ibnu Abbas menambahkan bahwa Nabi Adam melaksanakan tawaf sebanyak 7 putaran," katanya.
Lebih lanjut Abdullah Ibn Sulaiman meriwayatkan bahwa setelah Nabi Adam menyelesaikan tawaf, ia kemudian mengerjakan sholat dua rakaat di depan pintu Ka'bah dan diakhiri dengan berdoa di pintu Multazam. Dari beberapa sumber yang terdapat perbedaan redaksi doa yang dipanjatkan oleh Nabi Adam namun intinya sama.
Nabi Adam memohon agar Allah mengampuni dosanya dan juga dosa anak cucunya yang datang berhaji ke Baitullah. Dalam doanya Nabi Adam menyatakan permohonan agar doanya diterima, dipenuhi kebutuhannya, di teguhkan imannya.
"Dan agar ia dapat menerima dengan ridha setiap musibah yang menimpanya," katanya.